SEJARAH DAN
KEBUDAYAAN SUKU FLORES
Sejarah dan kebudayaan Suku
Flores – Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kata Flores berasal dari bahasa Portugis yang berarti "bunga". Pulau
Flores berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia dan termasuk dalam
gugusan Kepulauan Sunda Kecil bersama Bali dan NTB, dengan luas wilayah sekitar
14.300 km².
Suku yang berada di kepulauan Flores
merupakan percampuran antara etnis melayu, Melanesia, dan portugis. Flores
identik dengan kebudayaan Portugis karena pernah menjadi koloni portugis. Hal
ini membuat kebudayaan portugis sangat terasa dalam kebudayaan flores baik
melalui Genetik, Agama, dan Budaya.
Nama flores itu sendiri berasal dari bahasa portugis yaitu “cabo de flores “
yang berarti “tanjung bunga”. Nama itu semula di berikan oleh S.M. Cabot untuk
menyambut wilayah timur dari pulau flores. Namun pada akhirnya di pakai secara
resmi sejak tahun 1636 oleh gubernur jenderal hindia belanda Hendrik Brouwer.
Sebuah studi yang cukup mendalam oleh Orinbao (1969) mengungkapkan bahwa nama
asli sebenarnya pulau flores adalah nusa nipa (pulau ular) yang dari sudut
antropologi, istilah ini lebih bermanfaat karena mengandung berbagai makna
filosofis, cultural, dan ritual masyarakat flores.
BAHASA
MASYARAKAT SUKU FLORES
Diperkirakan terdapat tujuh kelompok
bahasa, yaitu kelompok bahasa-bahasa Flores Barat, Flores Timur, Sumba, Timor
Barat, Timor Timur, Pantara, dan Alor. Dalam pada itu, berdasarkan hasil
penghimpunan berkas isoglos dan perhitungan dialektometri di NTT, diperkirakan
terdapat lima kelompok bahasa, yaitu kelompok bahasa-bahasa Flores-Sumba, Timor
Barat, Timor timur, Pantar, dan Alor. Interpretasi yang dapat ditarik dari
perbedaan hasil pengelompokan bahasa antara historis komparatif dan
dialektologi kemungkinan besar karena sifat dasar dari pendekatannya.
Linguistik historis komparatif cenderung mengarah pada diakronis, sedangkan
dialektologi cenderung mengarah pada kondisi bahasa secara sinkronis.
Berdasarkan hasil perhitungan leksikostatistik juga kita dapat membagi beberapa
unsur bahasa daerah di Flores yang didasarkan pada perbedaan tiap-tiap suku.
Masing-masing suku ini memiliki berbagai macam bahasa dan cara-cara
pelafalannya. Secara umum bahasa tersebut berasal dari bahasa Melayu yang turut
berkembang menyesuaikan daerah-daerah yang dihuni oleh suku-suku tersebut.
LETAK GEOGRAFIS
Secara
Geografis, Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
NTT yang merupakan sebuah Kabupaten Kepulauan yang terletak di ujung bagian
Timur Pulau Flores. Secara administrasi, Kabupaten Flores Timur memiliki
yuridiksi pemerintahan local yang meliputi 19 kecamatan, 209 desa dan 17
kelurahan. Kabupaten Flores Timur terdiri dari tiga pulau besar yang dihuni dan
14 pulau yang tidak dihuni, yaitu :
·
Pulau Flores daratan tinggi dari 8 kecamatan,
64 desa dan 14 kelurahan dengan luas wilayah : 1066,87 km2 atau 58,85 % dari luas daratan seluruhnya.
·
Pulau Solor terdiri dari 3 kecamatan, 36 desa
dan 1 kelurahan, seluas : 226,34 km2 atau 12,48 % dari luas daratan
seluruhnya,
·
Pulau Adonara terdiri dari 8 kecamatan, 109
desa dan 2 kelurahan, seluas 519,64 km2 atau 28,67 % dari luar
daratan seluruhnya.
MASYARAKAT FLORES
Dalam masyarakat sub-sub-suku-bangsa di Flores yang kuno ada
suatu sistem stratifikasi sosial kuno, yang terdiri dari tiga lapisan. Dasar
dari pelapisan-itu adalah keturunan dari klen-klen yang
dianggap mempunyai sifat keaslian atau sifat senioritet. Biasanya
ada tiga lapisan sosial. Pada orang Manggarai misalnya terdapat tiga lapisan
diantaranya :
1.
Lapisan orang kraeng,
2.
Lapisan orang ata lehe
3.
Lapisan orang budak
Pada
orang Ngada misalnya terdapat tiga lapisan juga seperti :
1.
Lapisan orang gae meze
2.
Lapisan orang gae kiss
3.
Lapisan orang budak (azi ana)
Lapisan kraeng. raerij. dan gae
meze, adalah lapisan orang bangsawan yang secara
khusus terbagi-bagi dalarn beberapa sub-lapisan, tergantung kepada sifat
keaslian dari klen-klen tertentu, yang dianggap secara historis atau menurut
dongeng-dongeng rnitologi, telah menduduki suatu daerah yang tertentu lebih
dahulu dari klen-klen yang lain. Demikian juga warga dari klen-klen . yang
berkuasa dalam dalu-dalu atau glaring-glarang pada
orang Manggarai, termasuk lapisan kraeng.
Lapisan ata leke dan gae kiss adalah lapisan
orang biasa, yang bukan keturunan klen-klen senior. Orang ata leke biasanya
bekerja sebagai petani, tukang-tukang atau pedagang,,walau banyak
dari orang bangsawan ada juga yang dalam kehidupan sehari-hari juga hanya
menjadi petani saja.
Lapisan budak yang pada zaman sekarang tentu sudah tidak ada
lagi. Akan tetapi pada zaman dahulu para budak diambil dari berbagai tempat dan
melalui berbagai proses. Dalam hal ini proses tersebut antara lain :
·
Orang-orang yang ditangkqp dalam
peperangan, baik dari sub-suku-bangsa sendiri, maupun dari suku bangsa lain
atau pulau lain
·
Orang-orang yang mempunyai hutang
dan tidak mampu ampu mem bayar kembali hutang mereka
·
Akhirnya orang-orang yang dijatuhi
hukuman untuk menjadi budak, karena pelanggaran adat.
Secara lahir perbedaan antara gaya hidup dari warga
lapisan-lapisan sosial itu tidak ada, tetapi dalam sopan santun pergaulan
antara mereka ada perbedaan, sedangkan para bangsawanpun mempunyai hak-hak
tertentu dalam upacara-upacara adat.
Berbagai persoalan yang terjadi juga dapat diselesaikan
dengan cara adat ataupun kebiasaan di tiap-tiap suku. Sebagai contoh, kita
dapat mengambil tata cara orang Manggarai dalam menyelesaikan masalahnya
melalui suatu wadah bernama Mbaru Gendang. Mbaru Gendang (rumah
adat Manggarai) pada dasarnya merupakan simbol dari keselarasan hidup
masyarakat setempat. Ia menjadi inspirasi bagi terciptanya tatanan sosial
yang merepresentasikan nilai kekerabatan sosial antara berbagai suku yang ada
dalam masyarakat Manggarai. Ia pun berfungsi sebagai lambang keterbukaan
masyarakat setempat terhadap kehadiran orang atau suku lain. Sebagai contoh,
tersedia sebuah upacara penerimaan terhadap warga luar yang menjadi warga masuk
kampung/dusun melalui ritual perkawinan. Mbaru Gendang memiliki
ruangan luas di mana tinggal beberapa keluarga yang dibagi dalam biliknya
masing-masing, namun hanya memiliki satu dapur bersama. Mbaru
Gendang hampir bisa ditemukan di setiap desa masyarakat
Manggarai. Segala permasalahan yang ada dalam masyarakat kampung itu
selalu dibicarakan dan diselesaikan di Mbaru Gendangini dengan
melibatkan Tua Golo (ketua adat untuk seluruh warga dusun).
Dengan demikian Mbaru Gendang menjadi legitimasi moral
dan sosial bagi masyarakat Manggarai yang bersifat komunal, terbuka, dan
transparan.
Pada masa sekarang pendidikan sekolah telah menyebabkan
timbulnya suatu lapisan sosial baru, yang terdiri dari orang-orang pegawai,
guru, atau pendeta. Sedangkan akhir-akhir ini terdapat juga putra Flores dengan
pendidikan universitas yang tergolong dari lapisan sosial yang baru itu. Di
sini prinsip-prinsip stratifikasi sosial yang bersifat nasional mulai
mempengaruhi stratifikasi sosial di daerah.
Melihat dampak tersebut, mungkin saja perubahan mampu
memecahkan masalah yang terjadi. Karena, walau bagaimanapun juga, pendidikan
zaman dahulu dengan sekarang memilki perbedaan. Apabila kita meninjau pola
pendidikan zaman sekarang, tentu saja erat kaitannya dengan perkembangan zaman
sekarang. Wajar saja apabila timbullah suatu lapisan masyarakat yang
seolah-olah memberi gebrakan baru dalam suatu generasi untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Mereka mungkin menganggap pola-pola pendidikan dan
kebiasaan-kebiasaan yang terkandung dalam adat turut menjadi penghambat bagi
perkembangan kualitas hidup mereka dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Kita selaku pengamat bukanlah sebagai pendukung atau penentang bagi suatu
perubahan. Akan tetapi, hendaknya menjadi penengah diantara keduanya agar
nilai-nilai yang terkandung tersebut mampu dijadikan suatu inovasi dan tentu
saja menjadi solusi terbaik. Jadi, perubahan suatu kebiasaan juga
tidak ada ruginya apabila perubahan tersebut tetap mampu menyimpan dalam-dalam
nilai-nilai dari suatu kebiasaan adat masa lalu sekalipun bentuk-bentuk fakta
ataupun objeknya sosialnya sudah mengalami perubahan.
KEBUDAYAAN FLORES
Flotim merupakan wilayah
kepulauan dengan luas 3079,23 km2, berbatasan dengan kabupaten Alor di timur,
kabupaten Sikka di barat utara dengan laut Flores dan selatan, laut Sawu. Orang
yang berasal dari Flores Timur sering disebut orang Lamaholot, karena bahasa
yang digunakan bahasa suku Lamaholot. Konsep rumah adat orang Flotim selalu
dianggap sebagai pusat kegiatan ritual suku. Rumah adat dijadikan tempat untuk
menghormati Lera Wulan Tana Ekan (wujud tertinggi yang mengciptakan dan yang
empunya bumi). Pelapisan social masyarakat tergantung pada awal mula kedatangan
penduduk pertama, karena itu dikenal adanya tuan tanah yang memutuskan segala
sesuatu, membagi tanah kepada suku Mehen yang tiba kemudian, disusul suku
Ketawo yang memperoleh hak tinggal dan mengolah tanah dari suku Mehen. Suku
Mehen mempertahankan eksistensinya yang dinilainya sebagai tuan tanah, jadilah
mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku Ketawo. Mata pencaharian
orang Flotim/Lamaholot yang utama terlihat dalam ungkapan sebagai berikut: Ola
tugu,here happen, lLua watana, Gere Kiwan, Pau kewa heka ana, Geleka lewo
gewayan, toran murin laran. Artinya: Bekerja di ladang, Mengiris tuak,
berkerang (mencari siput dilaut), berkarya di gunung, melayani/memberi hidup
keluarga (istri dan anak-anak) mengabdi kepada pertiwi/tanah air, menerima tamu
asing.
MATA PENCAHARIAN
Salah satu mata pencaharian suku
Flores adalah berladang. Mereka menggunakan sistem gotong royong dalam hal
membuka ladang di dalam hutan. Aktivitas itu sendiri dari memotong dan
membersihkan belukar bawah, menebang pohon-pohon dan membakar daun-daunan,
batang-batang dan cabang-cabang yang telah di potong dan di tebang. Kemudian
bagian hutan yang di buka dengan cara tersebut dibagi antara berbagai keluarga
luas, yang telah bersama-sama membuka hutan tadi. Dari atas sekelompok
ladang-ladang serupa itu akan tampak seperti suatu jaringan sarang laba-laba.
Tanaman pokok yang di tanam di ladang-ladang adalah jagung dan padi.
Beternak juga merupakan salah satu
mata pencaharian suku Flores. Hewan piaraan yang terpenting adalah kerbau.
Binatang ini tidak dipiara untuk tujuan-tujuan ekonomis tetapi untuk membayar
mas kawin, untuk upacara-upacara adat, dan untuk menjadi lambang kekayaan serta
gengsi. Selain itu kuda juga merupakan hewan piaraan yang penting, yang dipakai
sebagai binatang tenaga memuat barang atau menghela. Di samping itu kuda juga
sering dipakai sebagai harta mas kawin. Kerbau dan juga sapi dimasukkan ke
dalam kandang umum dari desa dan digembala di padang-padang rumput yang juga
merupakan milik umum dari desa. Pemeliharaan babi, kambing, domba atau ayam
dilakukan di pekarangan rumah atau dikolong rumah seperti halnya di daerah
Manggarai.
SUMBER
LEGENDA DESA
LEGETANG, KOTA POMPEII, DAN KOTA SODOM
Di Tengah Sebuah Hamparan Ladang Di Desa
Pekasiran, Sebuah Desa Di Pegunungan Dieng Kecamatan Batur Banjarnegara,
Berdiri Sebuah Tugu Beton Menjulang Tinggi. Pada Salah Satu Sirinya, Tertempel
Plat Logam Bertuliskan Huruf Kapital: tugu peringatan atas tewasnja 332 orang
penduduk dukuh legetang serta 19 orang tamu dari lain-lain desa sebagai akibat
longsornja gunung pengamun-amun pada tg. 16/17-4-1955.
Kecuali Keterangan Pada Tugu Tersebut, Tak
Ada Dokumen Atau Tulisan Khusus Tentang Peristiwa Tragis Yang Terjadi 58 Tahun
Silam Itu, Termasuk Di Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Dieng Di Desa
Karantengah, Yang Didirikan Pemerintah Tahun 1954.
Beberapa Orangtua Di Pekasiran, Yang Usianya
Kini Sudah Renta, Masih Merekam Secara Jelas Kejadian Itu Dalam Benak Mereka.
Mereka Pulalah Yang Kelak Menjadi Penutur Cerita Tentang Musibah Tersebut
Kepada Anak-Cucu Dan Cicitnya.
Kisah Ini Sudah Lama, Tetapi Banyak Yang
Belum Mengetahuinya. Kisah Ini Hendaknya Menjadi Ibroh, Bahwa Apabila Suatu
Daerah Bermaksiat Semua, Bisa Jadi Allah Akan Mengazabnya Secara Langsung.
"Apakah Kamu Merasa Aman Terhadap Allah
Yang Dilangit Bahwa Dia Akan Menjungkirbalikkan Bumi Bersama Kamu, Sehingga
Dengan Tiba-Tiba Bumi Itu Bergoncang?" (QS Al Mulk 67: 16).
Dukuh Legetang Adalah Sebuah Daerah Di Lembah
Pegunungan Dieng, Sekitar 2 Km Ke Utara Dari Kompleks Pariwisata Dieng
Kabupaten Banjarnegara.
Dahulunya Masyarakat Dukuh Legetang Adalah
Petani-Petani Yang Sukses Sehingga Kaya. Berbagai Kesuksesan Duniawi Yang
Berhubungan Dengan Pertanian Menghiasi Dukuh Legetang. Misalnya Apabila Di
Daerah Lain Tidak Panen Tetapi Mereka Panen Berlimpah. Kualitas Buah/Sayur Yang
Dihasilkan Juga Lebih Dari Yang Lain. Namun Barangkali Ini Merupakan
"Istidraj" (Disesatkan Allah Dengan Cara Diberi Rizqi Yang Banyak Dan
Orang Tersebut Akhirnya Makin Tenggelam Dalam Kesesatan). Masyarakat Dukuh
Legetang Umumnya Ahli Maksiat Dan Bukan Ahli Bersyukur. Perjudian Disana Merajalela,
Begitu Pula Minum-Minuman Keras Yang Sangat Cocok Untuk Daerah Dingin.
Tiap Malam Mereka Mengadakan Pentas Lengger (Sebuah Kesenian Yang Dibawakan
Oleh Para Penari Perempuan Dengan Berdandan Molek, Yang Sering Berujung Kepada
Perzinaan Dan Pesta Seks. Anak Yang Kimpoi Sama Ibunya Dan Beragam Kemaksiatan
Lain Sudah Sedemikian Parah Di Dukuh Legetang.
Alkisah Pada Suatu Malam Turun Hujan Yang
Lebat Dan Masyarakat Legetang Sedang Tenggelam Dalam Kemaksiatan. Tengah Malam
Hujan Reda. Tiba-Tiba Terdengar Suara "Buum", Seperti Suara Benda
Yang Teramat Berat Berjatuhan. Pagi Harinya Masyarakat Disekitar Dukuh Legetang
Yang Penasaran Dengan Suara Yang Amat Keras Itu Menyaksikan Bahwa Gunung
Pengamun-Amun Sudah Terbelah (Bahasa Jawanya: Tompal), Dan Belahannya Itu
Ditimbunkan Ke Dukuh Legetang. Dukuh Legetang Yang Tadinya Berupa Lembah Itu
Bukan Hanya Rata Dengan Tanah, Tetapi Menjadi Sebuah Gundukan Tanah Baru
Menyerupai Bukit. Seluruh Penduduknya Mati. Gegerlah Kawasan Dieng...
Seandainya Gunung Pengamun-Amun Sekedar Longsor, Maka Longsoran Itu Hanya Akan
Menimpa Dibawahnya. Akan Tetapi Kejadian Ini Bukan Longsornya Gunung. Antara
Dukuh Legetang Dan Gunung Pengamun-Amun Terdapat Sungai Dan Jurang, Yang Sampai
Sekarang Masih Ada. Jadi Kesimpulannya, Potongan Gunung Itu Terangkat Dan Jatuh
Menimpa Dukuh Legetang. Siapa Yang Mampu Mengangkat Separo Gunung Itu Kalau
Bukan Allah?
Tugu Beton Yang Sudah Lapuk Dimakan Usia
Masih Berdiri Tegak Di Tengah Ladang Di Desa Pekasiran Di Pegunungan Dieng
Kecamatan Batur, Banjarnegara. Tapi Tugu Setinggi Sekitar 10 Meter Itu Jadi
Penanda Tragedi Dan Misteri Terkuburnya Dusun Legetang Bersama Seluruh
Penghuninya Akibat Longsornya Pengamunamun Pada 1955.
Tragedi
Musnahnya Dusun Legetang 1955
Sampai Saat Ini, Dataran Tinggi Dieng
Merupakan Kawasan Yang Masih Labil. Otoritas Yang Berwenang Pun Telah
Menyebarkan Peringatan Tentang Hal Tersebut. Di Wilayah Yang Sejatinya
Merupakan Kaldera Raksasa Ini Dapat Saja Terjadi Pergerakan Tanah Yang
Tiba-Tiba, Baik Itu Merekah Maupun Longsor.
Rekan-Rekan Kompasianer Mungkin Ada Yang
Belum Mendengar Cerita Tentang Sebuah Dusun Yang Hilang Karena “Ketiban
Gunung”.
Pada Tengah Malam Tanggal 16 April 1955,
Menjelang Pergantian Hari, Dusun Legetang Yang Masuk Dalam Wilayah Administrasi
Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Tiba-Tiba Lenyap Dari Permukaan
Bumi. Penyebabnya Adalah Potongan Puncak Gunung/Bukit Pengamun-Amun Yang
Beberapa Minggu Sebelumnya Telah Terlihat Retakannya, Pada Malam Yang Dingin
Itu Bongkahan Tanah Berukuran Raksasa Tersebut Tiba-Tiba “Terbang” Dan
Berpindah Ke Lembah Dimana Dusun Legetang Berada.
Sebanyak 332 Jiwa Penduduk Dusun Legetang Dan
19 Orang Dari Desa-Desa Tetangga Yang Tengah Berkunjung Ke Dusun Tersebut Ikut
Tertimbun Dan Dianggap Meninggal. Beredar Cerita Tentang Kondisi Sosial
Masyarakat Dusun Yang Sebagian Besar Berperilaku Kurang Terpuji, Yang
Mengingatkan Orang Akan Kaum Sodom Gomorah Yang Dihukum Tuhan Dengan Cara Yang
Kurang Lebih Sama.
Yang Sangat Aneh Dan Menjadi Misteri Adalah,
Mengapa Kawasan Antara Kaki Gunung Dan Perbatasan Dusun Legetang Yang Berjarak
Beberapa Ratus Meter (Jurang Dan Sungai), Tidak Ikut Tertimbun. Terbangkah
Bongkahan Longsoran Gunung Pengamun-Amun Itu? Wallahualam.
Data Pada Pahatan Monumen Marmer Di Pertigaan
Desa Kepakisan, Tetangga Pekasiran, Menuju Ke Objek Wisata Kawah Sileri
Menyebutkan, Jumlah Korban Jiwa 450 Orang. Jauh Melebihi Korban Tewas Akibat
Bencana Gas Beracun Kawah Sinila Tahun 1979 Yang Merenggut 149 Nyawa Dan
Menjadi Perhatian Dunia Internasional Itu Merenggut 149 Nyawa.
Salah Seorang Saksi Tragedi Legetang, Suhuri
Warga Pekasiran RT 03/04 Yang Kini Berusia Sekitar 72 Tahun Mengatakan, Musibah
Terjadi Malam Hari Pukul 23.00 Saat Musim Hujan. ”Saya Dan Beberapa Teman Malam
Itu Tidur Di Masjid. Saya Baru Dengar Kabar Gunung Pengamunamun Longsor Jam
Tiga Pagi,” Katanya. Suhuri Mengaku Lemas Seketika Begitu Mendengar Kabar
Tersebut, Karena Kakak Kandungnya, Ahmad Ahyar, Bersama Istri Dan 6 Anaknya
Tinggal Di Dusun Legetang. Namun Suhuri Maupun Keluarganya Dan Warga Lain Tak
Berani Langsung Ke Dusun Yang Berjarak Sekitar 800 Meter Dari Pusat Desa Pekasiran,
Karena Beredar Kabar Tanah Dari Lereng Gunung Pengamunamun Masih Terus
Bergerak.
Lenyapnya Desa Legetang Dan Penghuninya Juga
Menyimpan Misteri, Karena Suhuri Dan Beberapa Warga Desa Pekasiran Lain
Seusianya Yang Kini Masih Hidup Mengatakan, Antara Kaki Gunung Sampai
Perbatasan Kawasan Pemukiman Di Dusun Itu Sama Sekali Tidak Tertimbun, Padahal
Jaraknya Beberapa Ratus Meter. ”Longsoran Tanah Itu Seperti Terbang Dari Lereng
Gunung Dan Jatuh Tepat Di Pemukiman. Sangat Aneh”, Kata Suhuri Sembari Menjelaskan,
Gejala Lereng Gunung Akan Longsor Sudak Diketahui 70 Hari Sebelum Kejadian.
Para Pencari Rumput Pakan Ternak Dan Kayu Bakar Untuk Mengasap Tembakau
Rajangan Di Samping Untuk Memasak, Melihat Ada Retakan Memanjang Dan Cukup
Dalam Di Tempat Itu. Tapi Tanda-Tanda Tadi Tak Membuat Orang Waspada, Meski
Sering Jadi Bahan Obrolan Di Legetang. Orang Baru Menghubung-Hubungkan Soal
Retakan Di Gunung Itu Setelah Legetang Kiamat,” Katanya.
Waktu Itu Semua Orang Tercengang Dan Suasana
Mencekam Melihat Seluruh Kawasan Dusun Legetang Terkubur Longsoran Tanah. Tak
Ada Sedikit Pun Bagian Rumah Yang Kelihatan. Tanda-Tanda Kehidupan Penghuninya
Juga Tak Ada, Kenang Suhuri. ”Alam Legetang Sebagian Besar Cekung. Tanah Dari
Lereng Gunung Seakan Diuruk Ke Cekungan Itu Dan Meninggi Dibanding Tanah Asli
Disekitarnya. Banyak Warga Yang Dibiarkan Terkubur Karena Sulit Dievakuasi,”
Ujar Suhuri.
Pencarian Terhadap Korban, Menurut Suhuri,
Hanya Dipusatkan Ke Titik Yang Diduga Merupakan Lokasi Rumah Bau (Kepala Dusun)
Legetang Bernama Rana. Setelah Dilakukan Penggalian Cukup Lama Oleh Warga. Tapi
Tak Sedikit Para Korban Dibiarkan Terkubur, Karena Amat Sulit Dievakuasi. Satu
Istri Rana Lainnya, Bernama Kastari, Satu-Satunya Warga Legetang Yang Selamat,
Karena Ia Pergi Dari Rumah Sebelum Gunung Itu Longsor.
Kini Tanah Lokasi Bencana Itu Sedikit Demi
Sedikit Digarap Warga Untuk Budidaya Tembakau Dan Sayur. Sekitar 1980, Ketika
Kentang Menggusur Tanaman Tembakau Dan Jagung Di Pegunungan Dieng, Bekas Dusun
Legetang Pun Berubah Jadi Ladang Kentang Dan Kobis, Termasuk Tanah Kuburan Umum
Milik Bekas Dusun Tersebut.
Ada
Beberapa Hal Yang Mengiringi Hilangnya Legetang Ini.
1.
Legetang, Memiliki Intro Yang Sama Dengan Pompeii Sebelum Menghilang
Kala Itu, Pada 1950-An, Legetang Dikenal
Sebagai Wilayah Yang Sangat Subur. Hasil Pertaniannya Begitu Melimpah. Buah Dan
Sayurannya Merupakan Kualitas Terbaik. Petani-Petaninya Hidup Makmur.
Sangat Disayangkan, Perilaku Mereka Tak
Semaju Peradabannya. Perzinaan Merupakan Hal Yang Umum. Perjudian Menjadi Adat.
Seperti Halnya Pompeii Yang Menjadi Pusat
Hiburan Bagi Warga Roma, Warga Legetang Sering Menggerlar Hiburan Tari-Tarian
Yang Dibawakan Wanita-Wanita. Tak Jarang Hiburan Tersebut Berakhir Menjadi
Sebuah Pesta Seks.
2.
Sebuah Longsor Dahsyat Mengubur Legetang Dalam Satu Malam
Perisitiwa Ini Terjadi Pada Malam Hari Sesaat
Setelah Hujan Reda. Terdengar Suara Seperti Sebuah Ledakan Besar. Pagi Harinya
Masyarakat Disekitar Dukuh Legetang Yang Penasaran Dengan Suara Yang Amat Keras
Itu Menyaksikan Bahwa Gunung Pengamun-Amun Yang Terletak Di Dekat Perkampungan
Sudah Terbelah Dan Belahannya Itu Menimbun Legetang.
Legetang Yang Tadinya Berupa Lembah Itu Bukan
Hanya Rata Dengan Tanah, Tapi Menjadi Sebuah Gundukan Tanah Baru Menyerupai
Bukit. Seluruh Penduduknya Terkubur Dalam Longsoran Tanah.
Waktu Itu Semua Orang Tercengang. Suasana
Mencekam Melihat Seluruh Kawasan Legetang Terkubur Longsoran Tanah. Tak Ada
Sedikit Pun Bagian Rumah Yang Kelihatan.
Alam Legetang Sebagian Besar Cekung. Tanah
Dari Lereng Gunung Seakan Diuruk Ke Cekungan Itu Dan Meninggi Dibanding Tanah
Asli Di Sekitarnya. Banyak Warga Yang Dibiarkan Terkubur Karena Sulit
Dievakuasi
3.
Legetang Seolah Sudah “Diincar” Gunung Pengamun-Amun
Antara Kaki Gunung Sampai Perbatasan Kawasan
Pemukiman Legetang Sama Sekali Tidak Tertimbun, Padahal Jaraknya Beberapa Ratus
Meter. Longsoran Tanah Itu Seperti Terbang Dari Lereng Gunung Dan Jatuh Tepat
Di Pemukiman.
Selain Itu Antara Legetang Dan Gunung
Pengamun-Amun Terdapat Sungai Dan Jurang, Yang Sampai Sekarang Masih Ada.
Seperti Layaknya Teori-Teori Konspirasi Lain
Di Dunia, Kisah Longsoran Tanah Terbang Ini Terus Diceritakan Turun Temurun.
Jika Melancong Ke Dieng, Berkunjung Ke Tugu
Peringatan Legetang Bukan Ide Buruk. Tugu Beton Itu Kini Sudah Lapuk Dimakan
Usia. Tugu Yang Masih Berdiri Tegak Di Tengah Ladang Di Desa Pekasiran,
Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Sebuah Tugu Setinggi 10 Meter Menjadi Penanda
Tragedi Terkuburnya Legetang Bersama Seluruh Penghuninya Akibat Longsornya
Gunung Pengamun-Amun Pada 1955.
Kini Longsoran Tanah Yang Dulunya Menguruk
Legetang Dimanfaatkan Sebagai Lahan Pertanian Kentang Dan Kubis. Tanah Tersebut
Dikenal Sangat Subur.
Sebagian Masyarakat Yang Kini Tinggal Di
Bekas Tanah Legetang Keberatan Jika Diminta Menceritakan Kisah Hilangnya
Legetang. Mereka Takut Hal Buruk Akan Menimpa Mereka.
POMPEII
Pompeii Adalah Sebuah
Kota Zaman Romawi Kuno
Yang Telah Menjadi Puing Dekat Kota Napoli Dan
Sekarang Berada Di Wilayah Campania, Italia. Pompeii Hancur Oleh Letusan Gunung Vesuvius Pada 79 M. Debu Letusan Gunung
Vesuvius Menimbun Kota Pompeii Dengan Segala Isinya Sedalam Beberapa Kaki
Menyebabkan Kota Ini Hilang Selama 1.600 Tahun Sebelum Ditemukan Kembali Dengan
Tidak Sengaja. Semenjak Itu Penggalian Kembali Kota Ini Memberikan Pemandangan
Yang Luar Biasa Terinci Mengenai Kehidupan Sebuah Kota Di Puncak Kejayaan Kekaisaran
Romawi.
LOKASI
Pompeii
Terletak Pada Koordinat 40°45′0″LU 14°29′10″BT,
Sebelah Tenggara Kota Napoli, Dekat Dengan Kota Modern Pompei Saat Ini. Kota
Ini Berdiri Di Lokasi Yang Terbentuk Dari Aliran Lava Ke Arah Utara Di
Hilir Sungai Sarno (Zaman Dulu Bernama
"Sarnus"). Saat Ini Daratan Ini Agak Jauh Letaknya Di Daratan, Namun
Dahulu Merupakan Daerah Yang Dekat Dengan Pantai.
Pada Abad
Pertama M, Pompeii Hanyalah Salah Satu Dari Sekian Kota Yang Berlokasi Di
Sekitar Kaki Gunung Vesuvius. Wilayah Ini Cukup Besar Jumlah Penduduknya Yang
Menjadi Makmur Karena Daerah Pertaniannya Subur. Beberapa Kelompok Kota Kecil
Di Sekitar Pompeii Seperti Herculaneum Juga
Menderita Kerusakan Atau Kehancuran Oleh Tragedi Letusan Vesuvius.
SEJARAH AWAL
Kota Pompeii Didirikan Sekitar Abad
Ke-6 SM Oleh Orang-Orang Osci Atau Oscan, Yaitu Suatu
Kelompok Masyarakat Di Italia Tengah. Saat Itu, Kota Ini Sudah Digunakan
Sebagai Pelabuhan Yang Aman Oleh Para Pelaut Yunani Dan Fenisia. Ketika
Orang-Orang Etruskan Mengancam Melakukan Serangan, Kota Pompeii
Bersekutu Dengan Orang-Orang Yunani Yang Kemudian Menguasai Teluk Napoli. Pada
Abad Ke-5 SM Orang-Orang Samnium Mendudukinya (Beserta Semua Kota Di Campania).
Para Penguasa Baru Ini Memaksakan Arsitektur Mereka Dan Memperluas Wilayah
Kota. Diyakini Juga Bahwa Selama Pendudukan Orang-Orang Samnium, Roma Sempat
Merebut Kembali Pompeii Untuk Sementara Waktu, Namun Teori Ini Belum
Terbuktikan.
Pompeii Ikut Ambil Peranan Dalam Peperangan
Yang Dimulai Oleh Kota-Kota Campania Melawan Roma, Namun Pada Tahun 89 SM Kota
Ini Dikepung Oleh Sulla. Walaupun Tentara Liga Sosial Yang
Dipimpin Oleh Lucius Cluentius Ikut
Membantu Dalam Melawan Roma, Pada Tahun 80 SM Pompeii
Dipaksa Menyerah Setelah Nola Ditaklukkan. Pompeii Lalu Menjadi Sebuah Koloni Roma
Dengan Nama: Colonia Cornelia Veneria Pompeianorum.
Kota Ini Menjadi Jalur Penting Bagi Barang-Barang Yang Datang Lewat Laut Dan
Harus Dikirim Ke Roma Atau Italia Selatan Yang Terletak Di Sepanjang Via Appia Yang
Tidak Jauh Dari Situ.
Pada
Tahun 62 M, Sebuah Gempa Bumi Hebat Merusakkan Pompeii Bersama Banyak Kota
Lainnya Di Campania. Pada Masa Antara Tahun 62 M Hingga Letusan Besar Vesuvius
Tahun 79 M, Kota Ini Dibangun Kembali, Mungkin Lebih Megah Dalam Bidang
Bangunan Dan Karya Seni Dari Sebelumnya.
VESUVIUS MENGUBUR KOTA POMPEII
Para Penduduk Pompeii, Seperti Mereka Yang
Hidup Di Daerah Itu Sekarang, Telah Lama Terbiasa Dengan Getaran Kecil, Namun
Pada 5
Februari 62 [1] Terjadi Gempa Bumi Yang
Hebat Yang Menimbulkan Kerusakan Yang Cukup Besar Di Sekitar Teluk Itu Dan
Khususnya Terhadap Pompeii. Sebagian Dari Kerusakan Itu Masih Belum Diperbaiki
Ketika Gunung Berapi Itu Meletus [2].
Namun, Ini Mungkin Merupakan Sebuah Gempa Tektonik Daripada
Gempa Yang Disebabkan Oleh Meningkatnya Magma Yang
Terdapat Di Dalam Gunung Berapi [3].
Sebuah Gempa Lainnya, Yang Lebih Ringan,
Terjadi Pada 64;
Peristiwa Ini Dicatat Oleh Suetonius Dalam
Biografinya Tentang Nero[4],
Dalam De Vita Caesarum, Dan Oleh Tacitusdalam
Buku XV Dari Annales [5] Karena
Hal Ini Terjadi Ketika Nero Berada Di Napoli Dan Tampil Dalam Sebuah
Pertunjukan Untuk Pertama Kalinya Di Sebuah Panggung Umum.
Suetonius Mencatat Bahwa Kaisar Tidak Memedulikan Gempa Itu Dan Terus Bernyanyi
Hingga Selesai Lagunya, Sementara Tacitus Mencatat Bahwa Teater Itu Runtuh
Setelah Orang-Orang Di Dalamnya Dievakuasi.
Penulis Plinius
Muda Menulis Bahwa Getaran Bumi Itu "Tidaklah Begitu Menakutkan
Karena Sering Terjadi Di Campania".
Pada Awal Agustus Tahun 79, Mata Air Dan Sumur-Sumur
Mengering [6].
Getaran-Getaran Gempa Ringan Mulai Terjadi Pada 20 Agustus 79 [7],
Dan Menjadi Semakin Sering Pada Empat Hari Berikutnya, Namun
Peringatan-Peringatan Itu Tidak Disadari Orang, Dan Pada Sore Hari
Tanggal 24 Agustus, Sebuah Letusan Gunung Berapi Yang Mematikan
Terjadi. Ledakan Itu Merusakkan Wilayah Tersebut, Mengubur Pompeii Dan
Daerah-Daerah Pemukiman Lainnya. Kebetulan Tanggal Itu Bertepatan Dengan Vulcanalia, Perayaan Dewa Api
Romawi.
Laporan Saksi Mata Satu-Satunya Yang Bertahan
Dan Dapat Diandalkan Tentang Peristiwa Ini Dicatat Oleh Plinius
Muda Dalam Dua Pucuk Surat [8] Kepada
Sejarahwan Tacitus. Dari
Rumah Pamannya Di Misenum, Sekitar 35 Km Dari
Gunung Berapi Itu, Plinius Melihat Sebuah Gejala Luar Biasa Yang Terjadi Di
Atas Gn. Vesuvius: Sebuah Awan Gelap Yang Besar Berbentuk Seperti Pohon Pinus
Muncul Dari Mulut Gunung Itu. Setelah Beberapa Lama, Awan Itu Dengan Segera
Menuruni Lereng-Lereng Gunung Dan Menutupi Segala Sesuatu Di Sekitarnya,
Termasuk Laut Yang Di Dekatnya.
"Awan" Yang Digambarkan Oleh
Plinius Muda Itu Kini Dikenal Sebagai Aliran Piroklastik, Yaitu Awan Gas Yang Sangat
Panas, Debu, Dan Batu-Batu Yang Meletus Dari Sebuah Vulkano. Plinius Mengatakan
Bahwa Beberapa Gempa Bumi Terasa Pada Saat Letusan Itu Dan Diikuti Oleh Getaran
Bumi Yang Dahsyat. Ia Juga Mencatat Bahwa Debu Juga Jatuh Dalam Bentuk
Lapisan-Lapisan Yang Sangat Tebal Dan Desa Tempat Ia Berada Harus Dievakuasi.
Laut Pun Tersedot Dan Didorong Mundur Oleh Suatu "Gempa Bumi", Sebuah
Gejala Yang Disebut Oleh Para Geolog Modern Sebagai Tsunami.
Gambarannya Lalu Beralih Kepada Fakta Bahwa
Matahari Tertutup Oleh Letusan Itu Dan Siang Hari Menjadi Gelap Gulita.
Pamannya, Plinius Tua Mengambil Beberapa Kapal Untuk
Meneliti Gejala Ini Dan Menyelamatkan Orang-Orang Yang Terperangkap Di Kaki
Gunung Itu. Karena Tidak Dapat Mendarat Dekat Gunungtersebut Karena Angin Yang
Tidak Menguntungkan Dan Debu Yang Dihasilkan Letusan Itu, Plinius Tua
Melanjutkan Perjalanan Ke Stabiae Sekitar 4,5 Km Dari Pompei. Ia Meninggal Di
Sana Keesokan Harinya. Dalam Suratnya Yang Pertama Kepada Tacitus, Kemenakannya
Menduga Bahwa Ini Disebabkan Karena Pamannya Menghirup Gas Beracun. Namun
Stabiae 16 Km Jauhnya Dari Tempat Kejadian Dan Rekan-Rekannya Tampaknya
Tidak Terpengaruh Oleh Hirupan Udara Itu, Dan Karena Itu Kemungkinan Sekali
Kematiannya Disebabkan Karena Plinius Yang Gemuk [9]Meninggal
Karena Stroke Atau Serangan
Jantung [10].
LENYAP SELAMA 16
ABAD
Lapisan Debu Tebal Menutupi Dua Buah Kota
Yang Lokasinya Dekat Dengan Kaki Gunung Vesuvius, Sehingga Kedua Kota Ini
Menjadi Hilang Dan Terlupakan. Kemudian Kota Herculaneum Ditemukan Kembali
Pada 1738, Dan
Pompeii Pada 1748.
Kedua Kota Ini Digali Kembali Dari Lapisan Debu Tebal Dengan Membebaskan Semua
Bangunan-Bangunan Dan Lukisan Dinding Yang Masih Utuh. Sebenarnya, Kota Ini
Telah Ditemukan Kembali Pada 1599 Oleh Seorang Arsitek Bernama Fontana Yang Menggali Sebuah
Jalan Baru Untuk Sungai Sarno, Namun Membutuhkan Lebih Dari 150 Tahun
Kemudian Barulah Sebuah Upaya/Kampanye Serius Dilakukan Untuk Membebaskan Kota
Ini Dari Timbunan Tanah.
Raja Charles VII Dari Dua Sisilia Sangat
Tertarik Dengan Temuan-Temuan Ini Bahkan Hingga Ia Diangkat Menjadi Raja
Spanyol. Giuseppe Fiorellimengambil
Tanggung Jawab Ekskavasi Pada 1860. Hingga Saat Itu Pompeii Dan Herculaneum Dianggap Telah
Hilang Selamanya. Di Kemudian Hari, Giuseppe Fiorelli Adalah Orang Yang
Menyarankan Penggunaan Teknik Injeksi Plester Terhadap
Ruangan Kosong Dalam Tubuh Korban Vesuvius Yang Sudah Hancur Untuk Membentuk
Kembali Permukaan Tubuh Mereka Secara Sempurna.
PASANGAN PENDUDUK
POMPEII
Ada Teori Tanpa Bukti Yang Menyatakan Bahwa
Fontana Menemukan Beberapa Fresko Erotis Selama Penggalian Yang Dilakukannya,
Namun Karena Norma-Norma Kesopanan Yang Amat Kuat Saat Itu Ia Mengubur Fresko-Fresko
Itu Kembali. Hal Ini Diperkuat Oleh Laporan-Laporan Penggalian Oleh Tim Lain
Sesudahnya Yang Menyatakan Bahwa Daerah Galian Tersebut Menunjukkan Suasana
Telah Pernah Digali Dan Dikuburkan Kembali.
Forum (Bangunan Untuk Keperluan Sosial),
Pemandian, Beberapa Rumah/Gedung Dan Sejumlah Villa Telah Dapat Diselamatkan
Dengan Baik. Sebuah Hotel (Dengan Luas 1000 Meter Persegi) Ditemukan Dekat
Dengan Lokasi Kota. Hotel Ini Lalu Dinamakan "Grand Hotel Murecine".
Fakta Menyatakan Bahwa Pompeii Merupakan
Satu-Satunya Situs Kota Kuno Di Mana Keseluruhan Struktur Topografinya Dapat
Diketahui Dengan Pasti Tanpa Memerlukan Modifikasi Atau Penambahan. Kota Ini
Tidak Dibagi Sesuai Dengan Pola-Pola Kota Romawi Pada Umumnya Dikarenakan
Permukaan Tanah Yang Tidak Datar (Kota Ini Berada Di Kaki Gunung). Namun
Jalan-Jalan Di Kota Ini Dibuat Lurus Dan Berpola Pada Tradisi Murni Romawi
Kuno, Permukaan Jalan Terdiri Dari Batu-Batu Poligon Dan Memiliki
Bangunan-Bangunan Rumah Dan Toko-Toko Di Kedua Sisi Jalan, Mengikuti Decumanus Dan Cardusnya. Decumanus Adalah
Jalan-Jalan Yang Merentang Dari Timur Ke Barat, Sementara Cardus Merentang
Dari Utara Ke Selatan.
Gempa Bumi, Longsor
Dan Kerusakan Akibat Letusan Gunung Berapi
Sebuah
Bidang Penelitian Penting Saat Ini Berkaitan Dengan Struktur-Struktur, Yang
Kini Sedang Diperbaiki, Pada Masa Letusan (Kemungkinan Rusak Pada Waktu Gempa
Pada Tahun 62). Sebagian Dari Lukisan-Lukisan Tua Yang Rusak Agaknya Tertutup
Dengan Lukisan-Lukisan Yang Lebih Baru, Dan Alat-Alat Modern Digunakan Untuk
Menemukan Kembali Gambaran Dari Fresko-Fresko Yang Telah Lama Tersembunyi.
Alasan Tentang Mengapa Struktur-Struktur Ini Masih Diperbaiki 10 Tahun Setelah
Letusan Itu Adalah Kenyataan Bahwa Frekuensi Ledakan Menjelang Ledakan Yang
Hebat Itu Semakin Kecil.
Kebanyakan Penggalian Arkeologis Di Situs Itu
Hanya Sampai Tingkat Jalanan Pada Peristiwa Vulkanik Tahun 79.
Penggalian-Penggalian Yang Lebih Dalam Di Bagian Pompeii Yang Lebih Tua Dan
Contoh-Contoh Utama Dari Pengeboran-Pengeboran Di Dekatnya Telah Menunjukkan
Lapisan-Lapisan Dari Berbagai Sedimen Yang
Menunjukkan Bahwa Peristiwa-Peristiwa Lain Telah Melanda Kota Itu Sebelum
Terjadinya Ledakan Yang Terkenal Itu, Karena Ada Tiga Lapisan Sedimen Yang
Terletak Di Bawah Kota Itu Yang Ditemukan Di Atas Lapisan Lava. Bercampur
Dengan Sedimen Ini Ditemukan Pula Oleh Para Arkeolog Potongan-Potongan Kecil
Dari Tulang-Tulang Binatang, Potongan-Potongan Keramik Dan
Potongan-Potongan Tumbuhan. Dengan Menggunakan Penanggalan Karbon, Lapisan Yang Tertua
Diperkirakan Berasal Dari Abad Ke-8 SM, Sekitar Masa Pendirian Kota Itu. Dua
Lapisan Lainnya Dipisahkan Dari Lapisan-Lapisan Lainnya Dengan Lapisan Tanah
Yang Dikembangkan Dengan Baik Atau Merupakan Jalan Yang Dibuat Orang Romawi
Pada Sekitar Abad Ke-4 SM Dan Abad Ke-2 SM. Teori Di Balik Lapisan-Lapisan Dari
Beraneka Sedimen Ini Adalah Tanah
Longsor Yang Hebat, Yang Mungkin Didorong Oleh Hujan Yang Turun
Berkepanjangan. (Senatore, Et Al., 2004)
Pada Penggalian-Penggalian Awal Situs Ini,
Sesekali Ditemukan Lubang Di Dalam Lapisan Abu Yang Berisi Sisa-Sisa Tulang
Manusia. Giuseppe Fiorelli Mengusulkan Untuk Mengisi Ruang-Ruang Kosong Itu
Dengan Semen. Apa Yang Dihasilkan Adalah Bentuk-Bentuk Yang Sangat Akurat Dan
Mengerikan Dari Pompeiani (Warga Pompeii) Yang Gagal Melarikan
Diri, Dalam Saat-Saat Terakhir Hidup Mereka (Lihat [11], [12], [13]). Untuk
Sebagian Dari Mereka, Ungkapan Ketakutan Itu Cukup Jelas Kelihatan.
PARA KORBAN LETUSAN
Para Geolog Telah
Menggunakan Sifat-Sifat Magnetik Dari Batu-Batu Dan Serpihan-Serpihan Yang
Ditemukan Di Pompeii Untuk Memperkirakan Temperatur Aliran Piroklaktik Yang
Mengubur Kota Itu. Ketika Batu Yang Meleleh Itu Membeku Kembali, Mineral
Magnetik Dalam Batu Itu Mencatat Arah Bidang Magnet Bumi.
Bila Bahan Itu Dipanaskan Melampaui Temperatur Tertentu, Yang Dikenal Sebagai Temperatur Curie, Bidang
Magnetnya Mungkin Akan Dimodivikasi Atau Sama Sekali Diatur Kembali.
Analisis Terhadap Lebih Dari 200 Buah Batu
Vulkanik Dan Serpihan-Serpihan, Seperti Atap Genting, Menunjukkan Bahwa Awan
Debu Itu Panasnya Hingga 850 °C Ketika Muncul Dari Mulut Vesuvius. Awan
Itu Mendingin Hingga Kurang Dari 350 °C Pada Saat Tiba Di Kota Itu. Banyak
Dari Bahan-Bahan Yang Dianalisis Mengalami Temperatur Antara 240 °C Hingga
340 °C. Beberapa Daerah Memperlihatkan Temperatur Yang Lebih Rendah, Hanya
180 °C. Ada Teori Yang Mengatakan Bahwa Guncangan Mungkin Telah
Menyebabkan Tercampurnya Udara Dingin Ke Dalam Awan Debu Itu. (Cioni, Et
Al., 2004)
PENEMUAN-PENEMUAN
UNIK
Kota Pompeii Memberikan Gambaran Sesaat
Mengenai Kehidupan Kota Romawi Pada Abad Pertama. Gambaran Sesaat Ini
Memperlihatkan Bahwa Pompeii Merupakan Kota Yang Sangat Hidup Sebelum
Terjadinya Letusan Gunung. Bukti-Bukti Memberi Petunjuk Hingga Ke Hal Yang Amat
Detail Dari Kehidupan Sehari-Hari Mereka. Misalnya, Pada Lantai Sebuah Rumah
(Rumah Sirico) Sebuah Tulisan Terkenal Salve, Lucru (Selamat
Datang, Uang), Mungkin Dimaksudkan Sebagai Humor, Menunjukkan Kepada Kita
Perusahaan Perdagangan Yang Dimiliki Oleh Dua Sejawat, Sirico Dan Nummianus
(Namun Nama Ini Mungkin Hanya Julukan, Karena Nummus Berarti
Mata Uang, Uang). Di Rumah-Rumah Lainnya, Terdapat Banyak Gambaran Terinci
Mengenai Profesi Dan Kategori, Seperti Pekerja Binatu (Fullones).
Kendi-Kendi Anggur Bertuliskan Vesuvinum (Istilah Permainan
Kata Dalam Perdagangan). Grafiti Yang Dipahat Di Dinding Memberitahu Kita Akan
Nama Suatu Jalan.
Teatro Grande "Teater Besar" Dengan
Kapasitas Penoton Yang Banyak Terletak Di Sebelah Teater Piccollo
Ketika Letusan Terjadi, Kota Pompeii Mungkin
Memiliki Penduduk Sejumlah 20.000 Orang Dan Berlokasi Di Area Di Mana Orang
Roma Memiliki Vila-Vila Liburan Mereka. Banyak Pelayanan Yang Disediakan Di
Kota Pompeii Ditemukan, Misalnya: Macellum (Pasar Raya
Menyediakan Makanan), Pistrinum (Penggilingan Gandum),Thermopolium (Sejenis
Bar Yang Menyediakan Minuman Dingin Dan Panas), Cauporioe (Restoran
Kecil), Dan Sebuah Amfiteater.
Tahun 2002 Penemuan Lain Yang Tak Kalah
Pentingnya Di Hilir Sungai Sarno Mengungkapkan Bahwa Pelabuhan Tersebut Juga
Memiliki Banyak Penduduk Dan Para Penduduknya Tinggal Di Palafitte (Desa Dengan
Rumah-Rumah Yang Menjorok Di Atas Danau), Dalam Sebuah Sistem Kanal Yang,
Menurut Para Ilmuwan, Menyerupai Kanal-Kanal Di Venesia. Namun
Fakta Ini Masih Harus Dipelajari Lebih Jauh.
Menurut Steven Ellis, Salah Satu Tim Arkeolog
University Of Cincinnati, Penggalian Situs Menghasilkan Analisis Arkeologi
Terkait Hunian Lengkap Dimana Situs Itu Juga Menyimpan Pusat Bisnis Yang
Terletak Disalah Satu Gerbang Tersibuk Di Pompeii, Porta Stabia. Wilayah Situs
Mencakup 10 Bidang Bangunan Terpisah Dan Memiliki 20 Bangunan Toko Yang
Sebagian Besar Menjual Makanan Dan Minuman. Salah Satu Di Antara Bukti Yang Diperiksa
Merupakan Limbah Yang Diperoleh Dari Saluran Air Dan 10 Kakus. Limbah Makanan
Yang Ditemukan Berupa Makanan Mineral Berasal Dari Dapur Dan Kotoran Manusia,
Salah Satunya Adalah Sisa Makanan Terutama Biji-Bijian. Materi Yang Dianalisis
Dari Saluran Air Pembuangan Mengungkapkan Berbagai Kuantitas Bahan Yang Sangat
Jelas Membedakan Sosial Dan Ekonomi Antara Kegiatan Dan Kebiasaan Konsumsi
Masing-Masing Properti, Termasuk Diantaranya Limbah Dari Penginapan.
Temuan Limbah Makanan Mengungkapkan Jenis Konsumsi
Murah Dan Elit Seperti Buah-Buahan, Kacang, Zaitun, Ikan Lokal Dan Telur Ayam,
Serta Potongan Daging Yang Harganya Jauh Lebih Mahal. Selain Itu, Limbah
Kotoran Yang Ditemukan Dari Saluran Air Tetangga Juga Mengungkapkan Adanya
Perbedaan Sosial Ekonomi Antara Tetangga. Saluran Dari Properti Pusat
Diidentifikasi Mengandung Berbagai Makanan Kelas Atas Yang Mungkin Diperoleh
Secara Impor Dari Luar Italia, Salah Satunya Kerang, Landak Laut Hingga Kaki
Jerapah. Tulang Kaki Jerapah Dianggap Sebagai Makanan Eksotis Dan Ditegaskan
Bahwa Fakta Ini Dianggap Sebagai Satu-Satunya Bukti Yang Pernah Tercatat Di
Penggalian Arkeologi Romawi Di Italia. Berbagai Makanan Saji Yang Disediakan
Oleh Restoran Di Kota Pompeii Tidak Hanya Menggambarkan Adanya Perdagangan Dari
Wilayah Jauh, Tetapi Juga Menggambarkan Kekayaan Dan Makanan Diet Kaum Non
Elit. Salah Satu Bukti Adanya Perdagangan Dari Negara Lain Adalah Impor
Rempah-Rempah Yang Hanya Bisa Diperoleh Dari Wilayah Indonesia.
MISTERI KEHANCURAN
KOTA SODOM & GOMORA
Sekitar 4000 Tahun Yang Lalu, Sodom Dan
Gomora Menyandang Reputasi Tersebut. Walau Kitab Suci Tak Pernah Menyebutkan
Apa Perbuatan Mereka Secara Mendetil Sehingga Bisa Bernasib Seperti Itu.
Walaupun Demikian, Kitab Suci Sangat Jelas Memberikan Penggambaran Mengenai
Hukuman Yang Mereka Terima Dari Sang Pencipta.
“Maka Tatkala Datang Azab Kami, Kami Jadikan Negeri Kaum Luth Itu
(Terjungkir-Balik Sehingga) Yang Di Atas Ke Bawah, Dan Kami Hujani Mereka
Dengan Batu Dari Tanah Yang Terbakar Dengan Bertubi-Tubi.” (QS Huud Ayat 82)
Jika Cerita Mengenai Sodom Dan Gomora Memang Terjadi Seperti Apa Yang
Dikisahkan Di Dalam Al-Quran Maupun Injil, Maka Sangat Mungkin Terjadi Di Suatu
Lahan Kosong Terpencil Di Sebelah Lautan Tanpa Kehidupan. Tapi, Dimanakah
Tempat Itu?
Seperti Yang Kita Ketahui, Banyak Tempat Yang Dikisahkan Didalam Kitab Suci
Sulit Untuk Ditentukan Dimana Lokasi Yang Sebenarnya. Contohnya Didalam Kitab
Taurat Yang Membahas Tentang Lima Kota Lembah. Sampai Saat Ini Kita Hanya Bisa
Berspekulasi Bahwa Kelima Kota Tersebut Berada Disekitar Laut Mati.
Cerita Mengenai Sodom Dan Gomora Ini Terjadi Di Zaman Ibrahim A.S, Berabad-Abad
Sebelum Musa A.S Keluar Dari Tanah Mesir.
Tak Ada Yang Menemukan Petunjuk Kota Seperti Itu Pernah Ada, Sebab Tak Pernah
Ada Orang Yang Sungguh-Sungguh Mencari-Nya. Hingga Pada Tahun 1924, Ahli
Purbakala Bernama William Albright Berangkat Menuju Ke Laut Mati Untuk
Melakukan Penelitian Disana. Beberapa Orang Yang Bersamanya Jelas Mencari
Keberadaan Sisa-Sisa Sodom Dan Gomora. Mereka Mengitari Pantai Tenggara Dari
Laut Mati Hingga Mereka Ahirnya Tiba Di Sutus Purbakala Bab-Edh-Dhra.
Bab-Edh-Dhra (Dibaca : Babhedra), Merupakan Situs Jaman Perunggu, Namun Tak Ada
Petunjuk Jika Situs Itu Meupakan Suatu Kota. Tampaknya Daerah Itu Merupakan
Suatu Daerah Pemakaman. Namun Albright Tak Memiliki Sumber Daya Untuk
Menggalinya.
Jadi Hampir 50 Tahun Berlalu Sebelum Ada Yang Kembali Ke Situs Tersebut Untuk
Melakukan Penggalian. Ahli Purbakala Paul Lapp Memimpin Penggalian Di Tahun
1967, Dan Thomas Schaub Termasuk Salah Satu Penggalinya.
Bab-Edh-Dhra Merupakan Makam Terbesar Khas Jaman Perunggu Yang Mereka Gali,
Panjangnya 15 Meter Dan Lebarnya 7 Meter. Disini Mereka Juga Menemukan Makam
Berisi Perhiasan Emas Dan Menggali Lebih 700 Tembikar Yang Merupakan Hadiah
Penguburan Termasuk Tempat Parfum Kecil Dan Banyak Benda Lain Seperti Kain.
Situs Ini Sungguh Menakjubkan, Makam Ini Telah Digunakan Selama 1000 Tahun
Lamanya, Dari Zaman Ibrahim Hingga Penghancuran Sodom. Namun, Tak Ada Apapun
Untuk Mengaitkan Pemakaman Kuno Itu Dengan Sodom.
Misterinya, Sekitar Tahun 2350 SM, Penguburan Itu Mendadak Berhenti Tak Ada
Yang Tahu Mengapa. Ada Sejumlah Sebab Mengapa Suatu Situs Tak Ditempati Lagi,
Beberapa Bisa Disimpulkan, Beberapa Lagi Tidak. Penyebab Pada Umumnya Mungkin
Persediaan Air Mengering, Lingkungan Berubah, Iklim Berubah Atau Orang-Orangnya
Dibasmi Total.
Penelitian-Penelitian Arkeologi Dan Geologi Yang Telah Dilakukan Sejak Tahun
1920-An Di Wilayah Laut Mati Menemukan Bahwa Bekas-Bekas Kota Sodom Dan Gomora
Paling Mungkin Terletak Di Tepi Tenggara Laut Mati, Yaitu Dua Kota Yang Di
Dalam Arkeologi Dikenal Sebagai Bab Edh-Dhra (Sodom) Dan Numeira (Gomora).
Di Kedua Kota Itu Ditemukan Banyak Artefak Dan Rangka Manusia Yang Menunjukkan
Bekas Kejadian Bencana Pada Sekitar Tahun 2000 SM. Laut Mati Merupakan
Pull-Apart Basin Yang Dibentuk Oleh Tarikan Transtensional Dua Sesar Mendatar
Mengiri (Sinistral-Transtensional Duplex) Sesar Yudea Dan Sesar Moab.
Sodom Dan Gomora Terletak Di Atas Sesar Moab. Laut Mati Dicirikan Oleh Endapan
Elisional, Kegempaan Yang Tinggi, Fenomena Diapir, Gunung Garam Dan Gunung
Lumpur, Serta Akumulasi Hidrokarbon (Aspal Dan Bitumen) Dengan Kadar Belerang
Tinggi.
Pembinasaan Sodom Dan Gomora Diinterpretasikan Terjadi Melalui Bencana Geologi
Dengan Urutan :
1. Pergerakan Sesar Moab
2. Gempa Dengan Magnitude 7,0+ Yang Menghancurkan Kota-Kota Dan Sekitarnya
Serta Likuifaksi Yang Menenggelamkan Sebagian Wilayah Kota-Kota,
3. Erupsi Gunung Garam Dan Gunung Lumpur Yang Meletuskan Halit, Anhidrit,
Batu-Batuan, Lumpur, Aspal, Bitumen, Dan Belerang,
4. Kebakaran Kota-Kota Dan Sekitarnya Karena Material Hidrokarbon Yang
Diletuskan Terbakar Sehingga Menjadi Hujan Api Dan Belerang.
Bencana Katastrofik Ini Telah Meratakan Sodom Dan Gomora Dan Menewaskan Seluruh
Penduduknya Kecuali Luth Dan Dua Putrinya. Api Dari Langit Yang Menghujani
Sodom Dan Gomora Bukan Fenomena Astroblem (Seperti Meteor), Melainkan Fenomena
Katastrofi (Malapetaka) Geologi Berupa Aspal Dan Bitumen Yang Terbakar Serta
Belerang Yang Berasal Dari Letusan Gunung Garam Dan Gunung Lumpur.
Kota Sodom Dan Gomorrah Adalah Dua Kota Yang Dikaitkan Dengan Kisah Nabi Luth
Dan Kaumnya. Paling Tidak, Dalam Pandangan Islam, Kristen, Yahudi, Diyakini
Bahwa Dua Kota Ini Memang Pernah Ada, Dan Kemudian Dihancurkan Tuhan Akibat
Begitu Besarnya Kemaksiatan Yang Dilakukan Oleh Penduduknya. Kota Inilah Yang
Daripadanya Lahir Istilah Sodomy, And Sodomite. Bahkan, Dalam Bahasa Ibrani,
Sodom Itu Sendiri Berarti Terbakar, Dan Gomorrah Berarti Terkubur.
Kaitannya Dalam Qur’an, Ini Termaktub Dalam “Maka Tatkala Datang Azab Kami,
Kami Jadikan Negeri Kaum Luth Itu (Terjungkir-Balik Sehingga) Yang Di Atas Ke
Bawah, Dan Kami Hujani Mereka Dengan Batu Dari Tanah Yang Terbakar Dengan
Bertubi-Tubi.” (QS Huud Ayat 82). Dan Dalam Kitab Genesis, Disebutkan Bahwa
“Dikarenakan Oleh Dosa-Dosa Penduduknya, Sodom, Gomorrah, Admah Dan Zeboim
Dihancurkan Oleh Sulfur Dan Api Dari Tuhan (19: 24-25).
Pertanyaan Yang Pertama, Adalah Dimanakah Sesungguhnya Lokasi Kota Sodom Dan
Gomorrah Itu. Ternyata Sangat Sulit Untuk Menjawabnya, Karena Bekas Atau
Puing-Puing Kedua Kota Ini Sulit Sekali Untuk Ditemukan. Misteri Keberadaan
Sodom Dan Gomorrah Mengundang Banyak Arkeologis, Geologis, Dan
Paleoclimatologis Untuk Mengungkapkannya Sejak Tahun 1923.
Harris Dan Beardow Dalam ”The Destruction Of Sodom And Gomorrah: A Geotechnical
Perspective” Yang Dimuat Dalam Quarterly Journal Of Engineering Geology And
Hydrogeology (1995) Memperkirakan Bahwa Sodom Dan Gomorrah Terletak Di Utara
Semenanjung Lisan Atau Di Sisi Timur Laut Mati Bagian Utara. Laut Mati Terletak
Antara Israel Dan Jordania.
Pendapat Harris Dan Beardow Didasarkan Pada Keterangan Strabo, Seorang
Sejarahwan Dan Geografer Dari Yunani Yang Hidup Dari 64 SM Sampai 23 M. Menurut
Strabo, Selain Sodom Dan Gomorrah Diperkirakan Juga Terdapat 11 Kota Lain Yang
Kemudian Populer Dengan Nama ”The Lost Cities Of The Plain”. Kota Ini Memang
Ada Pada Permulaan Hingga Pertengahan Zaman Perunggu (Bronze Age). Kira-Kira
4000 Tahun Yang Lalu, Atau Sekitar Abad Ke-23 Hingga 21 SM.
Ketika Itu, Kota-Kota Ini Berada Pada Daerah Yang Sangat Subur Dikarenakan
Banyaknya Sumber Air (Wadi). Olehnya Itu, Hasil Pertanian Sangatlah Melimpah
Dan Penduduknya Padat. Selain Itu, Terdapat Deposit Bitumen (Asphalt) Yang
Besar, Dan Menjadi Salah Satu Sumber Pencaharian Penduduk. Asphalt Dijual Ke
Mesir Kuno.
Pada Saat Sekarang, Lokasi Yang Diyakini Sebagai Sodom Dan Gomorrah Telah
Menjadi Tanah Tandus Dengan Tingat Salinitas Tinggi. Tentang Penyebabnya,
Nissembaum (1994) Dalam ”Sodom, Gomorrah And The Other Lost Cities In The Plain
– A Climatic Perspective” Mengatakan Bahwa Perubahan Iklim Yang Begitu Cepat,
Telah Mengubah Daerah Ini Dari Yang Subur Menjadi Tandus Dan Kering.
Perubahan Iklim Inilah Yang Juga Menyebabkan Kehancuran Kerajaan Mesir Kuno Dan
Penyusutan Hutan Di Israel Utara, Bukti Paleobotani Di Israel Selatan, Dan
Penduduk Meninggalkan Permukiman Di Lembah Jordan Dan Selatan Jordan Ketika
Itu.
Lokasi Yang Diyakini Oleh Harris Dan Beardow Ini Juga Diteliti Oleh Professor
Lynne Frostick, Seorang Geologist Dari Hull University Inggirs, Dan Jonathan
Tubb Dari British Museum (Dimuat Dalam BBC History, J Cecil, Updated 2009).
Mereka Mengadakan Penggalian Arkeologi Tepatnya Di Tell Es-Sa’diyeh Dekat Laut
Mati Bagian Utara.
Diketemukan Bekas Pabrik Minyak Zaitun. Hal Ini Menandakan Betapa Tingginya
Peradaban Ketika Itu. Tubb Mengatakatan, Bahwa Dilihat Dari Taraf Peradabannya,
Diperkirakan Lokasi Ini Ada Pada Zaman Permulaan Bronze Age, Sezaman Dengan
Masa Sodom Dan Gomorah.
Lain Lagi Pada Penemuan Arkeologi Di Numeira, Juga Dekat Laut Mati. Ditemukan
Puing-Puing Kota Tua Dan Peradabannya Yang Diperkirakan Dari Zaman Perunggu.
Kota Ini Tertimbun Lapisan Tanah Dan Tumpukan Batu, Serta Lapisan Abu Arang
Yang Menandakan Ada Kebakaran Hebat Yang Pernah Terjadi.
Mengapa Sodom Dan Gomorah Dapat Hancur Dengan Skala Yang Amat Dahsyat. Faktor
Utamanya Menurut Harris Dan Beardow (1995) Adalah Bahwa Sodom Dan Gomorah
Berada Sangat Dekat Pada Patahan Laut Mati (Left Lateral Strike-Slip Fault).
Jalur Patahan Ini Merupakan Bagian Dari Great Rift Valley System. Menurut
Shmuel Marco, Geologis Israel, Dari Bukti Geologi, Diperkirakan Minimal Ada
Enam Kali Gempa Dengan Skala Paling Rendah 6 SR Pernah Terjadi.
Sebagai Bukti, Mike Finnegan, Forensik Antropologis Dari Amerika Serikat,
Mengatakan Bahwa Tiga Kerangka Manusia Yang Ditemukan Di Numeira. Dari Posisi
Tulang Patah, Diketahui Bahwa Mereka Mati Dalam Kondisi Hancur. Salah Satu
Kemungkinannya Adalah Mereka Mati Dijatuhi Reruntuhan Batu Akibat Gempa. Dari
Carbon Dating, Diketahui Umur Kerangka Itu Adalah 2300 SM, Atau Sezaman Dengan
Zaman Perunggu.
Selain Itu, Dari Tinjauan Geoteknik, Kandungan Tanah Pada Daerah Yang Diyakni
Merupakan Loose Sand, Dan Clay Sehingga Ketika Gempa Terjadi Mudah Sekali
Mengalami Likuifaksi. Gempa Menjadi Trigger Pada Keadaan Dimana Kandungan Air
Tanah Pada Tanah Tersebut Mengalami Peningkatan Sehingga Tanah Bersifat Seperti
Lumpur Hidup Dan Tentunya Sangat Lunak. Akibatnya, Tanah Tak Lagi Mendukung
Bangunan Yang Ada Di Atasnya. Bangunan Akan Tenggelam Ke Dalam Tanah.
Fenomena Ini Diungkapkan Oleh Haigh Dan Madabushi (2002) Dari Cambridge
University Dalam ”Dynamic Centrifuge Modelling Of The Destruction Of Sodom And
Gomorrah ”. Dalam Eksperimen Di Laboratorium, Mereka Mengambil Membuat
Pemodelan Mini Kota Pada Zaman Perunggu, Termasuk Lapisan Tanahnya Sesuai
Dengan Kondisi Geologi Di Sekitar Laut Mati. Hasilnya, Ketika Model Diguncang
Gempa Dengan Skala Tertentu, Likuifaksi Memang Terjadi, Dan Bangunan Teggelam
Masuk Ke Dalam Tanah.
Hal Inilah Yang Mungkin Menyebabkan Mengapa Bukti Arkeologi Sodom Dan Gomorrah
Sangat Sulit Ditemukan. Diperkirakan Bahwa Sekarang Kota Ini Telah Berada Di
Bawah Dasar Laut Mati. Olehnya Itu John Whitaker (1997) Merekomendasi Untuk
Diadakannya Penyelidikan Bawah Laut Untuk Menelusuri Puing-Puing Sodom Dan
Gomorrah.
Selain Itu, Ada Faktor Lain Yang Menyebabkan Dahsyatnya Proses Kehancuran Sodom
Dan Gomorrah. Adanya Gempa, Juga Memungkinkan Terjadinya Rekahan-Rekahan Pada
Deposit Asphalt Yang Memang Banyak Terdapat Di Lokasi Tersebut. Beberapa Ahli
Termasuk Harris Dan Beardow (1995) Mengatakan Bahwa Kandungan Gas Dengan
Tekanan Tinggi Dari Dalam Rekahan, Menyembur Dan Membakar Deposit Asphalt.
Tekanan Tinggi Ini Akhirnya Melontarkan Asphalt Terbakar Itu Keluar, Termasuk
Menghujani Sodom Dan Gomorrah.
Jadi Dapat Dibayangkan, Begitu Besarnya Proses Kehancuran Sodom Dan Gomorrah.
Kombinasi Antara Gempa, Likuifaksi, Dan Hujan Asphalt-Sulfur Yang Terbakar,
Yang Meluluhlantakkan Kota Dan Menghancurkan Penduduknya Sehancur-Hancurnya.
Terkecuali, Nabi Luth AS, Atas Petunjuk Allah SWT Mengevakuasi Anak-Anaknya
Keluar Dari ”The Sin Cities” Itu. Subhanallah. Mudah-Mudahan Ini Menjadi
Petunjuk Bagi Orang Yang Beriman.
Referensi
:
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Sodom_Dan_Gomora
Https://Www.Facebook.Com/Notes/Satu-Hari-Satu-Ayat-Quran/Azab-Allah-Untuk-Dukuh-Legetang-Yang-Hilang-Di-Dieng-Sebuah-Tanda-Kebesaran-Alla/399458144650/
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Pompeii
Http://Www.Kangsambas.Com/2015/04/Pompeii-Sejarah-Mistis-Pompeii-Kota.Html