Total Tayangan Halaman

Rabu, 16 Maret 2016

TUGAS IBD PART 3

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN SUKU FLORES


Sejarah dan kebudayaan Suku Flores – Nusa Tenggara Timur (NTT). Kata Flores berasal dari bahasa Portugis yang berarti "bunga". Pulau Flores berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia dan termasuk dalam gugusan Kepulauan Sunda Kecil bersama Bali dan NTB, dengan luas wilayah sekitar 14.300 km².
Suku yang berada di kepulauan Flores merupakan percampuran antara etnis melayu, Melanesia, dan portugis. Flores identik dengan kebudayaan Portugis karena pernah menjadi koloni portugis. Hal ini membuat kebudayaan portugis sangat terasa dalam kebudayaan flores baik melalui Genetik, Agama, dan Budaya.
Nama flores itu sendiri berasal dari bahasa portugis yaitu “cabo de flores “ yang berarti “tanjung bunga”. Nama itu semula di berikan oleh S.M. Cabot untuk menyambut wilayah timur dari pulau flores. Namun pada akhirnya di pakai secara resmi sejak tahun 1636 oleh gubernur jenderal hindia belanda Hendrik Brouwer. Sebuah studi yang cukup mendalam oleh Orinbao (1969) mengungkapkan bahwa nama asli sebenarnya pulau flores adalah nusa nipa (pulau ular) yang dari sudut antropologi, istilah ini lebih bermanfaat karena mengandung berbagai makna filosofis, cultural, dan ritual masyarakat flores.


BAHASA MASYARAKAT SUKU FLORES


Diperkirakan terdapat tujuh kelompok bahasa, yaitu kelompok bahasa-bahasa Flores Barat, Flores Timur, Sumba, Timor Barat, Timor Timur, Pantara, dan Alor. Dalam pada itu, berdasarkan hasil penghimpunan berkas isoglos dan perhitungan dialektometri di NTT, diperkirakan terdapat lima kelompok bahasa, yaitu kelompok bahasa-bahasa Flores-Sumba, Timor Barat, Timor timur, Pantar, dan Alor. Interpretasi yang dapat ditarik dari perbedaan hasil pengelompokan bahasa antara historis komparatif dan dialektologi kemungkinan besar karena sifat dasar dari pendekatannya. Linguistik historis komparatif cenderung mengarah pada diakronis, sedangkan dialektologi cenderung mengarah pada kondisi bahasa secara sinkronis.
Berdasarkan hasil perhitungan leksikostatistik juga kita dapat membagi beberapa unsur bahasa daerah di Flores yang didasarkan pada perbedaan tiap-tiap suku. Masing-masing suku ini memiliki berbagai macam bahasa dan cara-cara pelafalannya. Secara umum bahasa tersebut berasal dari bahasa Melayu yang turut berkembang menyesuaikan daerah-daerah yang dihuni oleh suku-suku tersebut.


LETAK GEOGRAFIS


Secara Geografis, Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu kabupaten di Propinsi NTT yang merupakan sebuah Kabupaten Kepulauan yang terletak di ujung bagian Timur Pulau Flores. Secara administrasi, Kabupaten Flores Timur memiliki yuridiksi pemerintahan local yang meliputi 19 kecamatan, 209 desa dan 17 kelurahan. Kabupaten Flores Timur terdiri dari tiga pulau besar yang dihuni dan 14 pulau yang tidak dihuni, yaitu :
·         Pulau Flores daratan tinggi dari 8 kecamatan, 64 desa dan 14 kelurahan dengan luas wilayah : 1066,87 km2  atau 58,85 % dari luas daratan seluruhnya.
·         Pulau Solor terdiri dari 3 kecamatan, 36 desa dan 1 kelurahan, seluas : 226,34 km2 atau 12,48 % dari luas daratan seluruhnya,
·         Pulau Adonara terdiri dari 8 kecamatan, 109 desa dan 2 kelurahan, seluas 519,64 km2 atau 28,67 % dari luar daratan seluruhnya.

MASYARAKAT FLORES

Dalam masyarakat sub-sub-suku-bangsa di Flores yang kuno ada suatu sistem stratifikasi sosial kuno, yang terdiri dari tiga lapisan. Dasar dari pelapisan-itu adalah keturunan dari klen-klen yang dianggap  mempunyai sifat keaslian atau sifat senioritet. Biasanya ada tiga lapisan sosial. Pada orang Manggarai misalnya terdapat tiga lapisan diantaranya :
1.    Lapisan orang kraeng,
2.    Lapisan orang ata lehe
3.    Lapisan orang budak
Pada orang Ngada misalnya terdapat tiga lapisan juga seperti :
1.    Lapisan orang gae meze
2.    Lapisan orang gae kiss
3.    Lapisan orang budak (azi ana)
Lapisan kraeng. raerij. dan gae meze, adalah lapisan orang bangsawan yang secara khusus terbagi-bagi dalarn beberapa sub-lapisan, tergantung kepada sifat keaslian dari klen-klen tertentu, yang dianggap secara historis atau menurut dongeng-dongeng rnitologi, telah menduduki suatu daerah yang tertentu lebih dahulu dari klen-klen yang lain. Demikian juga warga dari klen-klen . yang berkuasa dalam dalu-dalu atau glaring-glarang pada orang Manggarai, termasuk lapisan kraeng.
Lapisan ata leke dan gae kiss adalah lapisan orang biasa, yang bukan keturunan klen-klen senior. Orang ata leke biasanya bekerja sebagai petani, tukang-tukang atau pedagang,,walau banyak dari orang bangsawan ada juga yang dalam kehidupan sehari-hari juga hanya menjadi petani saja.
Lapisan budak yang pada zaman sekarang tentu sudah tidak ada lagi. Akan tetapi pada zaman dahulu para budak diambil dari berbagai tempat dan melalui berbagai proses. Dalam hal ini proses tersebut antara lain :
·         Orang-orang yang ditangkqp dalam peperangan, baik dari sub-suku-bangsa sendiri, maupun dari suku bangsa lain atau pulau lain
·         Orang-orang yang mempunyai hutang dan tidak mampu ampu mem bayar kembali hutang mereka
·         Akhirnya orang-orang yang dijatuhi hukuman untuk menjadi budak, karena pelanggaran adat.
Secara lahir perbedaan antara gaya hidup dari warga lapisan-lapisan sosial itu tidak ada, tetapi dalam sopan santun pergaulan antara mereka ada perbedaan, sedangkan para bangsawanpun mempunyai hak-hak tertentu dalam upacara-upacara adat.
Berbagai persoalan yang terjadi juga dapat diselesaikan dengan cara adat ataupun kebiasaan di tiap-tiap suku. Sebagai contoh, kita dapat mengambil tata cara orang Manggarai dalam menyelesaikan masalahnya melalui suatu wadah bernama Mbaru Gendang. Mbaru Gendang (rumah adat Manggarai) pada dasarnya merupakan simbol dari keselarasan hidup masyarakat setempat.  Ia menjadi inspirasi bagi terciptanya tatanan sosial yang merepresentasikan nilai kekerabatan sosial antara berbagai suku yang ada dalam masyarakat Manggarai.  Ia pun berfungsi sebagai lambang keterbukaan masyarakat setempat terhadap kehadiran orang atau suku lain. Sebagai contoh, tersedia sebuah upacara penerimaan terhadap warga luar yang menjadi warga masuk kampung/dusun melalui ritual perkawinan. Mbaru Gendang memiliki ruangan luas di mana tinggal beberapa keluarga yang dibagi dalam biliknya masing-masing, namun hanya memiliki satu dapur bersama.  Mbaru Gendang hampir bisa ditemukan di setiap desa masyarakat Manggarai.  Segala permasalahan yang ada dalam masyarakat kampung itu selalu dibicarakan dan diselesaikan di Mbaru Gendangini dengan melibatkan Tua Golo (ketua adat untuk seluruh warga dusun).  Dengan demikian Mbaru Gendang menjadi legitimasi moral dan  sosial bagi masyarakat Manggarai yang bersifat komunal, terbuka, dan transparan.           
Pada masa sekarang pendidikan sekolah telah menyebabkan timbul­nya suatu lapisan sosial baru, yang terdiri dari orang-orang pegawai, guru, atau pendeta. Sedangkan akhir-akhir ini terdapat juga putra Flores dengan pendidikan universitas yang tergolong dari lapisan sosial yang baru itu. Di sini prinsip-prinsip stratifikasi sosial yang bersifat nasional mulai mempengaruhi stratifikasi sosial di daerah.
Melihat dampak tersebut, mungkin saja perubahan mampu memecahkan masalah yang terjadi. Karena, walau bagaimanapun juga, pendidikan zaman dahulu dengan sekarang memilki perbedaan. Apabila kita meninjau pola pendidikan zaman sekarang, tentu saja erat kaitannya dengan perkembangan zaman sekarang. Wajar saja apabila timbullah suatu lapisan masyarakat yang seolah-olah memberi gebrakan baru dalam suatu generasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Mereka mungkin menganggap pola-pola pendidikan dan kebiasaan-kebiasaan yang terkandung dalam adat turut menjadi penghambat bagi perkembangan kualitas hidup mereka dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Kita selaku pengamat bukanlah sebagai pendukung atau penentang bagi suatu perubahan. Akan tetapi, hendaknya menjadi penengah diantara keduanya agar nilai-nilai yang terkandung tersebut mampu dijadikan suatu inovasi dan tentu saja menjadi solusi terbaik.  Jadi, perubahan suatu kebiasaan juga tidak ada ruginya apabila perubahan tersebut tetap mampu menyimpan dalam-dalam nilai-nilai dari suatu kebiasaan adat masa lalu sekalipun bentuk-bentuk fakta ataupun objeknya sosialnya sudah mengalami perubahan.


KEBUDAYAAN FLORES


Flotim merupakan wilayah kepulauan dengan luas 3079,23 km2, berbatasan dengan kabupaten Alor di timur, kabupaten Sikka di barat utara dengan laut Flores dan selatan, laut Sawu. Orang yang berasal dari Flores Timur sering disebut orang Lamaholot, karena bahasa yang digunakan bahasa suku Lamaholot. Konsep rumah adat orang Flotim selalu dianggap sebagai pusat kegiatan ritual suku. Rumah adat dijadikan tempat untuk menghormati Lera Wulan Tana Ekan (wujud tertinggi yang mengciptakan dan yang empunya bumi). Pelapisan social masyarakat tergantung pada awal mula kedatangan penduduk pertama, karena itu dikenal adanya tuan tanah yang memutuskan segala sesuatu, membagi tanah kepada suku Mehen yang tiba kemudian, disusul suku Ketawo yang memperoleh hak tinggal dan mengolah tanah dari suku Mehen. Suku Mehen mempertahankan eksistensinya yang dinilainya sebagai tuan tanah, jadilah mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku Ketawo. Mata pencaharian orang Flotim/Lamaholot yang utama terlihat dalam ungkapan sebagai berikut: Ola tugu,here happen, lLua watana, Gere Kiwan, Pau kewa heka ana, Geleka lewo gewayan, toran murin laran. Artinya: Bekerja di ladang, Mengiris tuak, berkerang (mencari siput dilaut), berkarya di gunung, melayani/memberi hidup keluarga (istri dan anak-anak) mengabdi kepada pertiwi/tanah air, menerima tamu asing.


MATA PENCAHARIAN


Salah satu mata pencaharian suku Flores adalah berladang. Mereka menggunakan sistem gotong royong dalam hal membuka ladang di dalam hutan. Aktivitas itu sendiri dari memotong dan membersihkan belukar bawah, menebang pohon-pohon dan membakar daun-daunan, batang-batang dan cabang-cabang yang telah di potong dan di tebang. Kemudian bagian hutan yang di buka dengan cara tersebut dibagi antara berbagai keluarga luas, yang telah bersama-sama membuka hutan tadi. Dari atas sekelompok ladang-ladang serupa itu akan tampak seperti suatu jaringan sarang laba-laba. Tanaman pokok yang di tanam di ladang-ladang adalah jagung dan padi.

Beternak juga merupakan salah satu mata pencaharian suku Flores. Hewan piaraan yang terpenting adalah kerbau. Binatang ini tidak dipiara untuk tujuan-tujuan ekonomis tetapi untuk membayar mas kawin, untuk upacara-upacara adat, dan untuk menjadi lambang kekayaan serta gengsi. Selain itu kuda juga merupakan hewan piaraan yang penting, yang dipakai sebagai binatang tenaga memuat barang atau menghela. Di samping itu kuda juga sering dipakai sebagai harta mas kawin. Kerbau dan juga sapi dimasukkan ke dalam kandang umum dari desa dan digembala di padang-padang rumput yang juga merupakan milik umum dari desa. Pemeliharaan babi, kambing, domba atau ayam dilakukan di pekarangan rumah atau dikolong rumah seperti halnya di daerah Manggarai.



SUMBER





LEGENDA DESA LEGETANG, KOTA POMPEII, DAN KOTA SODOM



Di Tengah Sebuah Hamparan Ladang Di Desa Pekasiran, Sebuah Desa Di Pegunungan Dieng Kecamatan Batur Banjarnegara, Berdiri Sebuah Tugu Beton Menjulang Tinggi. Pada Salah Satu Sirinya, Tertempel Plat Logam Bertuliskan Huruf Kapital: tugu peringatan atas tewasnja 332 orang penduduk dukuh legetang serta 19 orang tamu dari lain-lain desa sebagai akibat longsornja gunung pengamun-amun pada tg. 16/17-4-1955.

Kecuali Keterangan Pada Tugu Tersebut, Tak Ada Dokumen Atau Tulisan Khusus Tentang Peristiwa Tragis Yang Terjadi 58 Tahun Silam Itu, Termasuk Di Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Dieng Di Desa Karantengah, Yang Didirikan Pemerintah Tahun 1954. 

Beberapa Orangtua Di Pekasiran, Yang Usianya Kini Sudah Renta, Masih Merekam Secara Jelas Kejadian Itu Dalam Benak Mereka.  Mereka Pulalah Yang Kelak Menjadi Penutur Cerita Tentang Musibah Tersebut Kepada Anak-Cucu Dan Cicitnya.

Kisah Ini Sudah Lama, Tetapi Banyak Yang Belum Mengetahuinya. Kisah Ini Hendaknya Menjadi Ibroh, Bahwa Apabila Suatu Daerah Bermaksiat Semua, Bisa Jadi Allah Akan Mengazabnya Secara Langsung.


"Apakah Kamu Merasa Aman Terhadap Allah Yang Dilangit Bahwa Dia Akan Menjungkirbalikkan Bumi Bersama Kamu, Sehingga Dengan Tiba-Tiba Bumi Itu Bergoncang?" (QS Al Mulk 67: 16).

Dukuh Legetang Adalah Sebuah Daerah Di Lembah Pegunungan Dieng, Sekitar 2 Km Ke Utara Dari Kompleks Pariwisata Dieng Kabupaten Banjarnegara.

Dahulunya Masyarakat Dukuh Legetang Adalah Petani-Petani Yang Sukses Sehingga Kaya. Berbagai Kesuksesan Duniawi Yang Berhubungan Dengan Pertanian Menghiasi Dukuh Legetang. Misalnya Apabila Di Daerah Lain Tidak Panen Tetapi Mereka Panen Berlimpah. Kualitas Buah/Sayur Yang Dihasilkan Juga Lebih Dari Yang Lain. Namun Barangkali Ini Merupakan "Istidraj" (Disesatkan Allah Dengan Cara Diberi Rizqi Yang Banyak Dan Orang Tersebut Akhirnya Makin Tenggelam Dalam Kesesatan). Masyarakat Dukuh Legetang Umumnya Ahli Maksiat Dan Bukan Ahli Bersyukur. Perjudian Disana Merajalela, Begitu Pula Minum-Minuman Keras  Yang Sangat Cocok Untuk Daerah Dingin. Tiap Malam Mereka Mengadakan Pentas Lengger (Sebuah Kesenian Yang Dibawakan Oleh Para Penari Perempuan Dengan Berdandan Molek, Yang Sering Berujung Kepada Perzinaan Dan Pesta Seks. Anak Yang Kimpoi Sama Ibunya Dan Beragam Kemaksiatan Lain Sudah Sedemikian Parah Di Dukuh Legetang. ‎
Alkisah Pada Suatu Malam Turun Hujan Yang Lebat Dan Masyarakat Legetang Sedang Tenggelam Dalam Kemaksiatan. Tengah Malam Hujan Reda. Tiba-Tiba Terdengar Suara "Buum", Seperti Suara Benda Yang Teramat Berat Berjatuhan. Pagi Harinya Masyarakat Disekitar Dukuh Legetang Yang Penasaran Dengan Suara Yang Amat Keras Itu Menyaksikan Bahwa Gunung Pengamun-Amun Sudah Terbelah (Bahasa Jawanya: Tompal), Dan Belahannya Itu Ditimbunkan Ke Dukuh Legetang. Dukuh Legetang Yang Tadinya Berupa Lembah Itu Bukan Hanya Rata Dengan Tanah, Tetapi Menjadi Sebuah Gundukan Tanah Baru Menyerupai Bukit. Seluruh Penduduknya Mati. Gegerlah Kawasan Dieng... Seandainya Gunung Pengamun-Amun Sekedar Longsor, Maka Longsoran Itu Hanya Akan Menimpa Dibawahnya. Akan Tetapi Kejadian Ini Bukan Longsornya Gunung. Antara Dukuh Legetang Dan Gunung Pengamun-Amun Terdapat Sungai Dan Jurang, Yang Sampai Sekarang Masih Ada. Jadi Kesimpulannya, Potongan Gunung Itu Terangkat Dan Jatuh Menimpa Dukuh Legetang. Siapa Yang Mampu Mengangkat Separo Gunung Itu Kalau Bukan Allah? 

Tugu Beton Yang Sudah Lapuk Dimakan Usia Masih Berdiri Tegak Di Tengah Ladang Di Desa Pekasiran Di Pegunungan Dieng Kecamatan Batur, Banjarnegara. Tapi Tugu Setinggi Sekitar 10 Meter Itu Jadi Penanda Tragedi Dan Misteri Terkuburnya Dusun Legetang Bersama Seluruh Penghuninya Akibat Longsornya Pengamunamun Pada 1955.

Tragedi Musnahnya Dusun Legetang 1955

Sampai Saat Ini, Dataran Tinggi Dieng Merupakan Kawasan Yang Masih Labil. Otoritas Yang Berwenang Pun Telah Menyebarkan Peringatan Tentang Hal Tersebut. Di Wilayah Yang Sejatinya Merupakan Kaldera Raksasa Ini Dapat Saja Terjadi Pergerakan Tanah Yang Tiba-Tiba, Baik Itu Merekah Maupun Longsor.

Rekan-Rekan Kompasianer Mungkin Ada Yang Belum Mendengar Cerita Tentang Sebuah Dusun Yang Hilang Karena “Ketiban Gunung”.

Pada Tengah Malam Tanggal 16 April 1955, Menjelang Pergantian Hari, Dusun Legetang Yang Masuk Dalam Wilayah Administrasi Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Tiba-Tiba Lenyap Dari Permukaan Bumi. Penyebabnya Adalah Potongan Puncak Gunung/Bukit Pengamun-Amun Yang Beberapa Minggu Sebelumnya Telah Terlihat Retakannya, Pada Malam Yang Dingin Itu Bongkahan Tanah Berukuran Raksasa Tersebut Tiba-Tiba “Terbang” Dan Berpindah Ke Lembah Dimana Dusun Legetang Berada.

Sebanyak 332 Jiwa Penduduk Dusun Legetang Dan 19 Orang Dari Desa-Desa Tetangga Yang Tengah Berkunjung Ke Dusun Tersebut Ikut Tertimbun Dan Dianggap Meninggal. Beredar Cerita Tentang Kondisi Sosial Masyarakat Dusun Yang Sebagian Besar Berperilaku Kurang Terpuji, Yang Mengingatkan Orang Akan Kaum Sodom Gomorah Yang Dihukum Tuhan Dengan Cara Yang Kurang Lebih Sama.

Yang Sangat Aneh Dan Menjadi Misteri Adalah, Mengapa Kawasan Antara Kaki Gunung Dan Perbatasan Dusun Legetang Yang Berjarak Beberapa Ratus Meter (Jurang Dan Sungai), Tidak Ikut Tertimbun. Terbangkah Bongkahan Longsoran Gunung Pengamun-Amun Itu? Wallahualam.


Data Pada Pahatan Monumen Marmer Di Pertigaan Desa Kepakisan, Tetangga Pekasiran, Menuju Ke Objek Wisata Kawah Sileri Menyebutkan, Jumlah Korban Jiwa 450 Orang. Jauh Melebihi Korban Tewas Akibat Bencana Gas Beracun Kawah Sinila Tahun 1979 Yang Merenggut 149 Nyawa Dan Menjadi Perhatian Dunia Internasional Itu Merenggut 149 Nyawa.

Salah Seorang Saksi Tragedi Legetang, Suhuri Warga Pekasiran RT 03/04 Yang Kini Berusia Sekitar 72 Tahun Mengatakan, Musibah Terjadi Malam Hari Pukul 23.00 Saat Musim Hujan. ”Saya Dan Beberapa Teman Malam Itu Tidur Di Masjid. Saya Baru Dengar Kabar Gunung Pengamunamun Longsor Jam Tiga Pagi,” Katanya. Suhuri Mengaku Lemas Seketika Begitu Mendengar Kabar Tersebut, Karena Kakak Kandungnya, Ahmad Ahyar, Bersama Istri Dan 6 Anaknya Tinggal Di Dusun Legetang. Namun Suhuri Maupun Keluarganya Dan Warga Lain Tak Berani Langsung Ke Dusun Yang Berjarak Sekitar 800 Meter Dari Pusat Desa Pekasiran, Karena Beredar Kabar Tanah Dari Lereng Gunung Pengamunamun Masih Terus Bergerak.
Lenyapnya Desa Legetang Dan Penghuninya Juga Menyimpan Misteri, Karena Suhuri Dan Beberapa Warga Desa Pekasiran Lain Seusianya Yang Kini Masih Hidup Mengatakan, Antara Kaki Gunung Sampai Perbatasan Kawasan Pemukiman Di Dusun Itu Sama Sekali Tidak Tertimbun, Padahal Jaraknya Beberapa Ratus Meter. ”Longsoran Tanah Itu Seperti Terbang Dari Lereng Gunung Dan Jatuh Tepat Di Pemukiman. Sangat Aneh”, Kata Suhuri Sembari Menjelaskan, Gejala Lereng Gunung Akan Longsor Sudak Diketahui 70 Hari Sebelum Kejadian. Para Pencari Rumput Pakan Ternak Dan Kayu Bakar Untuk Mengasap Tembakau Rajangan Di Samping Untuk Memasak, Melihat Ada Retakan Memanjang Dan Cukup Dalam Di Tempat Itu. Tapi Tanda-Tanda Tadi Tak Membuat Orang Waspada, Meski Sering Jadi Bahan Obrolan Di Legetang. Orang Baru Menghubung-Hubungkan Soal Retakan Di Gunung Itu Setelah Legetang Kiamat,” Katanya.
Waktu Itu Semua Orang Tercengang Dan Suasana Mencekam Melihat Seluruh Kawasan Dusun Legetang Terkubur Longsoran Tanah. Tak Ada Sedikit Pun Bagian Rumah Yang Kelihatan. Tanda-Tanda Kehidupan Penghuninya Juga Tak Ada, Kenang Suhuri. ”Alam Legetang Sebagian Besar Cekung. Tanah Dari Lereng Gunung Seakan Diuruk Ke Cekungan Itu Dan Meninggi Dibanding Tanah Asli Disekitarnya. Banyak Warga Yang Dibiarkan Terkubur Karena Sulit Dievakuasi,” Ujar Suhuri.

Pencarian Terhadap Korban, Menurut Suhuri, Hanya Dipusatkan Ke Titik Yang Diduga Merupakan Lokasi Rumah Bau (Kepala Dusun) Legetang Bernama Rana. Setelah Dilakukan Penggalian Cukup Lama Oleh Warga. Tapi Tak Sedikit Para Korban Dibiarkan Terkubur, Karena Amat Sulit Dievakuasi. Satu Istri Rana Lainnya, Bernama Kastari, Satu-Satunya Warga Legetang Yang Selamat, Karena Ia Pergi Dari Rumah Sebelum Gunung Itu Longsor.

Kini Tanah Lokasi Bencana Itu Sedikit Demi Sedikit Digarap Warga Untuk Budidaya Tembakau Dan Sayur. Sekitar 1980, Ketika Kentang Menggusur Tanaman Tembakau Dan Jagung Di Pegunungan Dieng, Bekas Dusun Legetang Pun Berubah Jadi Ladang Kentang Dan Kobis, Termasuk Tanah Kuburan Umum Milik Bekas Dusun Tersebut.

Ada Beberapa Hal Yang Mengiringi Hilangnya Legetang Ini.

1. Legetang, Memiliki Intro Yang Sama Dengan Pompeii Sebelum Menghilang

Kala Itu, Pada 1950-An, Legetang Dikenal Sebagai Wilayah Yang Sangat Subur. Hasil Pertaniannya Begitu Melimpah. Buah Dan Sayurannya Merupakan Kualitas Terbaik. Petani-Petaninya Hidup Makmur.

Sangat Disayangkan, Perilaku Mereka Tak Semaju Peradabannya. Perzinaan Merupakan Hal Yang Umum. Perjudian Menjadi Adat.

Seperti Halnya Pompeii Yang Menjadi Pusat Hiburan Bagi Warga Roma, Warga Legetang Sering Menggerlar Hiburan Tari-Tarian Yang Dibawakan Wanita-Wanita. Tak Jarang Hiburan Tersebut Berakhir Menjadi Sebuah Pesta Seks.

2. Sebuah Longsor Dahsyat Mengubur Legetang Dalam Satu Malam

Perisitiwa Ini Terjadi Pada Malam Hari Sesaat Setelah Hujan Reda. Terdengar Suara Seperti Sebuah Ledakan Besar. Pagi Harinya Masyarakat Disekitar Dukuh Legetang Yang Penasaran Dengan Suara Yang Amat Keras Itu Menyaksikan Bahwa Gunung Pengamun-Amun Yang Terletak Di Dekat Perkampungan Sudah Terbelah Dan Belahannya Itu Menimbun Legetang.

Legetang Yang Tadinya Berupa Lembah Itu Bukan Hanya Rata Dengan Tanah, Tapi Menjadi Sebuah Gundukan Tanah Baru Menyerupai Bukit. Seluruh Penduduknya Terkubur Dalam Longsoran Tanah.

Waktu Itu Semua Orang Tercengang. Suasana Mencekam Melihat Seluruh Kawasan Legetang Terkubur Longsoran Tanah. Tak Ada Sedikit Pun Bagian Rumah Yang Kelihatan.

Alam Legetang Sebagian Besar Cekung. Tanah Dari Lereng Gunung Seakan Diuruk Ke Cekungan Itu Dan Meninggi Dibanding Tanah Asli Di Sekitarnya. Banyak Warga Yang Dibiarkan Terkubur Karena Sulit Dievakuasi

3. Legetang Seolah Sudah “Diincar” Gunung Pengamun-Amun

Antara Kaki Gunung Sampai Perbatasan Kawasan Pemukiman Legetang Sama Sekali Tidak Tertimbun, Padahal Jaraknya Beberapa Ratus Meter. Longsoran Tanah Itu Seperti Terbang Dari Lereng Gunung Dan Jatuh Tepat Di Pemukiman.

Selain Itu Antara Legetang Dan Gunung Pengamun-Amun Terdapat Sungai Dan Jurang, Yang Sampai Sekarang Masih Ada.

Seperti Layaknya Teori-Teori Konspirasi Lain Di Dunia, Kisah Longsoran Tanah Terbang Ini Terus Diceritakan Turun Temurun.

Jika Melancong Ke Dieng, Berkunjung Ke Tugu Peringatan Legetang Bukan Ide Buruk. Tugu Beton Itu Kini Sudah Lapuk Dimakan Usia. Tugu Yang Masih Berdiri Tegak Di Tengah Ladang Di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Banjarnegara.

Sebuah Tugu Setinggi 10 Meter Menjadi Penanda Tragedi Terkuburnya Legetang Bersama Seluruh Penghuninya Akibat Longsornya Gunung Pengamun-Amun Pada 1955.‎

Kini Longsoran Tanah Yang Dulunya Menguruk Legetang Dimanfaatkan Sebagai Lahan Pertanian Kentang Dan Kubis. Tanah Tersebut Dikenal Sangat Subur.

Sebagian Masyarakat Yang Kini Tinggal Di Bekas Tanah Legetang Keberatan Jika Diminta Menceritakan Kisah Hilangnya Legetang. Mereka Takut Hal Buruk Akan Menimpa Mereka.


POMPEII


Pompeii Adalah Sebuah Kota Zaman Romawi Kuno Yang Telah Menjadi Puing Dekat Kota Napoli Dan Sekarang Berada Di Wilayah CampaniaItalia. Pompeii Hancur Oleh Letusan Gunung Vesuvius Pada 79 M. Debu Letusan Gunung Vesuvius Menimbun Kota Pompeii Dengan Segala Isinya Sedalam Beberapa Kaki Menyebabkan Kota Ini Hilang Selama 1.600 Tahun Sebelum Ditemukan Kembali Dengan Tidak Sengaja. Semenjak Itu Penggalian Kembali Kota Ini Memberikan Pemandangan Yang Luar Biasa Terinci Mengenai Kehidupan Sebuah Kota Di Puncak Kejayaan Kekaisaran Romawi.
Saat Ini Kota Pompeii Merupakan Salah Satu Dari Situs Warisan Dunia UNESCO.


LOKASI


Pompeii Terletak Pada Koordinat 40°45′0″LU 14°29′10″BT, Sebelah Tenggara Kota Napoli, Dekat Dengan Kota Modern Pompei Saat Ini. Kota Ini Berdiri Di Lokasi Yang Terbentuk Dari Aliran Lava Ke Arah Utara Di Hilir Sungai Sarno (Zaman Dulu Bernama "Sarnus"). Saat Ini Daratan Ini Agak Jauh Letaknya Di Daratan, Namun Dahulu Merupakan Daerah Yang Dekat Dengan Pantai.
Pada Abad Pertama M, Pompeii Hanyalah Salah Satu Dari Sekian Kota Yang Berlokasi Di Sekitar Kaki Gunung Vesuvius. Wilayah Ini Cukup Besar Jumlah Penduduknya Yang Menjadi Makmur Karena Daerah Pertaniannya Subur. Beberapa Kelompok Kota Kecil Di Sekitar Pompeii Seperti Herculaneum Juga Menderita Kerusakan Atau Kehancuran Oleh Tragedi Letusan Vesuvius.

SEJARAH AWAL


Kota Pompeii Didirikan Sekitar Abad Ke-6 SM Oleh Orang-Orang Osci Atau Oscan, Yaitu Suatu Kelompok Masyarakat Di Italia Tengah. Saat Itu, Kota Ini Sudah Digunakan Sebagai Pelabuhan Yang Aman Oleh Para Pelaut Yunani Dan Fenisia. Ketika Orang-Orang Etruskan Mengancam Melakukan Serangan, Kota Pompeii Bersekutu Dengan Orang-Orang Yunani Yang Kemudian Menguasai Teluk Napoli. Pada Abad Ke-5 SM Orang-Orang Samnium Mendudukinya (Beserta Semua Kota Di Campania). Para Penguasa Baru Ini Memaksakan Arsitektur Mereka Dan Memperluas Wilayah Kota. Diyakini Juga Bahwa Selama Pendudukan Orang-Orang Samnium, Roma Sempat Merebut Kembali Pompeii Untuk Sementara Waktu, Namun Teori Ini Belum Terbuktikan.
Pompeii Ikut Ambil Peranan Dalam Peperangan Yang Dimulai Oleh Kota-Kota Campania Melawan Roma, Namun Pada Tahun 89 SM Kota Ini Dikepung Oleh Sulla. Walaupun Tentara Liga Sosial Yang Dipimpin Oleh Lucius Cluentius Ikut Membantu Dalam Melawan Roma, Pada Tahun 80 SM Pompeii Dipaksa Menyerah Setelah Nola Ditaklukkan. Pompeii Lalu Menjadi Sebuah Koloni Roma Dengan Nama: Colonia Cornelia Veneria Pompeianorum. Kota Ini Menjadi Jalur Penting Bagi Barang-Barang Yang Datang Lewat Laut Dan Harus Dikirim Ke Roma Atau Italia Selatan Yang Terletak Di Sepanjang Via Appia Yang Tidak Jauh Dari Situ.
Pada Tahun 62 M, Sebuah Gempa Bumi Hebat Merusakkan Pompeii Bersama Banyak Kota Lainnya Di Campania. Pada Masa Antara Tahun 62 M Hingga Letusan Besar Vesuvius Tahun 79 M, Kota Ini Dibangun Kembali, Mungkin Lebih Megah Dalam Bidang Bangunan Dan Karya Seni Dari Sebelumnya.

VESUVIUS MENGUBUR KOTA POMPEII

Para Penduduk Pompeii, Seperti Mereka Yang Hidup Di Daerah Itu Sekarang, Telah Lama Terbiasa Dengan Getaran Kecil, Namun Pada 5 Februari 62 [1] Terjadi Gempa Bumi Yang Hebat Yang Menimbulkan Kerusakan Yang Cukup Besar Di Sekitar Teluk Itu Dan Khususnya Terhadap Pompeii. Sebagian Dari Kerusakan Itu Masih Belum Diperbaiki Ketika Gunung Berapi Itu Meletus [2]. Namun, Ini Mungkin Merupakan Sebuah Gempa Tektonik Daripada Gempa Yang Disebabkan Oleh Meningkatnya Magma Yang Terdapat Di Dalam Gunung Berapi [3].
Sebuah Gempa Lainnya, Yang Lebih Ringan, Terjadi Pada 64; Peristiwa Ini Dicatat Oleh Suetonius Dalam Biografinya Tentang Nero[4], Dalam De Vita Caesarum, Dan Oleh Tacitusdalam Buku XV Dari Annales [5] Karena Hal Ini Terjadi Ketika Nero Berada Di Napoli Dan Tampil Dalam Sebuah Pertunjukan Untuk Pertama Kalinya Di Sebuah Panggung Umum. Suetonius Mencatat Bahwa Kaisar Tidak Memedulikan Gempa Itu Dan Terus Bernyanyi Hingga Selesai Lagunya, Sementara Tacitus Mencatat Bahwa Teater Itu Runtuh Setelah Orang-Orang Di Dalamnya Dievakuasi.
Penulis Plinius Muda Menulis Bahwa Getaran Bumi Itu "Tidaklah Begitu Menakutkan Karena Sering Terjadi Di Campania".
Pada Awal Agustus Tahun 79, Mata Air Dan Sumur-Sumur Mengering [6]. Getaran-Getaran Gempa Ringan Mulai Terjadi Pada 20 Agustus 79 [7], Dan Menjadi Semakin Sering Pada Empat Hari Berikutnya, Namun Peringatan-Peringatan Itu Tidak Disadari Orang, Dan Pada Sore Hari Tanggal 24 Agustus, Sebuah Letusan Gunung Berapi Yang Mematikan Terjadi. Ledakan Itu Merusakkan Wilayah Tersebut, Mengubur Pompeii Dan Daerah-Daerah Pemukiman Lainnya. Kebetulan Tanggal Itu Bertepatan Dengan Vulcanalia, Perayaan Dewa Api Romawi.
Laporan Saksi Mata Satu-Satunya Yang Bertahan Dan Dapat Diandalkan Tentang Peristiwa Ini Dicatat Oleh Plinius Muda Dalam Dua Pucuk Surat [8] Kepada Sejarahwan Tacitus. Dari Rumah Pamannya Di Misenum, Sekitar 35 Km Dari Gunung Berapi Itu, Plinius Melihat Sebuah Gejala Luar Biasa Yang Terjadi Di Atas Gn. Vesuvius: Sebuah Awan Gelap Yang Besar Berbentuk Seperti Pohon Pinus Muncul Dari Mulut Gunung Itu. Setelah Beberapa Lama, Awan Itu Dengan Segera Menuruni Lereng-Lereng Gunung Dan Menutupi Segala Sesuatu Di Sekitarnya, Termasuk Laut Yang Di Dekatnya.
"Awan" Yang Digambarkan Oleh Plinius Muda Itu Kini Dikenal Sebagai Aliran Piroklastik, Yaitu Awan Gas Yang Sangat Panas, Debu, Dan Batu-Batu Yang Meletus Dari Sebuah Vulkano. Plinius Mengatakan Bahwa Beberapa Gempa Bumi Terasa Pada Saat Letusan Itu Dan Diikuti Oleh Getaran Bumi Yang Dahsyat. Ia Juga Mencatat Bahwa Debu Juga Jatuh Dalam Bentuk Lapisan-Lapisan Yang Sangat Tebal Dan Desa Tempat Ia Berada Harus Dievakuasi. Laut Pun Tersedot Dan Didorong Mundur Oleh Suatu "Gempa Bumi", Sebuah Gejala Yang Disebut Oleh Para Geolog Modern Sebagai Tsunami.
Gambarannya Lalu Beralih Kepada Fakta Bahwa Matahari Tertutup Oleh Letusan Itu Dan Siang Hari Menjadi Gelap Gulita. Pamannya, Plinius Tua Mengambil Beberapa Kapal Untuk Meneliti Gejala Ini Dan Menyelamatkan Orang-Orang Yang Terperangkap Di Kaki Gunung Itu. Karena Tidak Dapat Mendarat Dekat Gunungtersebut Karena Angin Yang Tidak Menguntungkan Dan Debu Yang Dihasilkan Letusan Itu, Plinius Tua Melanjutkan Perjalanan Ke Stabiae Sekitar 4,5 Km Dari Pompei. Ia Meninggal Di Sana Keesokan Harinya. Dalam Suratnya Yang Pertama Kepada Tacitus, Kemenakannya Menduga Bahwa Ini Disebabkan Karena Pamannya Menghirup Gas Beracun. Namun Stabiae 16 Km Jauhnya Dari Tempat Kejadian Dan Rekan-Rekannya Tampaknya Tidak Terpengaruh Oleh Hirupan Udara Itu, Dan Karena Itu Kemungkinan Sekali Kematiannya Disebabkan Karena Plinius Yang Gemuk [9]Meninggal Karena Stroke Atau Serangan Jantung [10].

LENYAP SELAMA 16 ABAD


Lapisan Debu Tebal Menutupi Dua Buah Kota Yang Lokasinya Dekat Dengan Kaki Gunung Vesuvius, Sehingga Kedua Kota Ini Menjadi Hilang Dan Terlupakan. Kemudian Kota Herculaneum Ditemukan Kembali Pada 1738, Dan Pompeii Pada 1748. Kedua Kota Ini Digali Kembali Dari Lapisan Debu Tebal Dengan Membebaskan Semua Bangunan-Bangunan Dan Lukisan Dinding Yang Masih Utuh. Sebenarnya, Kota Ini Telah Ditemukan Kembali Pada 1599 Oleh Seorang Arsitek Bernama Fontana Yang Menggali Sebuah Jalan Baru Untuk Sungai Sarno, Namun Membutuhkan Lebih Dari 150 Tahun Kemudian Barulah Sebuah Upaya/Kampanye Serius Dilakukan Untuk Membebaskan Kota Ini Dari Timbunan Tanah.
Raja Charles VII Dari Dua Sisilia Sangat Tertarik Dengan Temuan-Temuan Ini Bahkan Hingga Ia Diangkat Menjadi Raja Spanyol. Giuseppe Fiorellimengambil Tanggung Jawab Ekskavasi Pada 1860. Hingga Saat Itu Pompeii Dan Herculaneum Dianggap Telah Hilang Selamanya. Di Kemudian Hari, Giuseppe Fiorelli Adalah Orang Yang Menyarankan Penggunaan Teknik Injeksi Plester Terhadap Ruangan Kosong Dalam Tubuh Korban Vesuvius Yang Sudah Hancur Untuk Membentuk Kembali Permukaan Tubuh Mereka Secara Sempurna.

PASANGAN PENDUDUK POMPEII


Ada Teori Tanpa Bukti Yang Menyatakan Bahwa Fontana Menemukan Beberapa Fresko Erotis Selama Penggalian Yang Dilakukannya, Namun Karena Norma-Norma Kesopanan Yang Amat Kuat Saat Itu Ia Mengubur Fresko-Fresko Itu Kembali. Hal Ini Diperkuat Oleh Laporan-Laporan Penggalian Oleh Tim Lain Sesudahnya Yang Menyatakan Bahwa Daerah Galian Tersebut Menunjukkan Suasana Telah Pernah Digali Dan Dikuburkan Kembali.

Forum (Bangunan Untuk Keperluan Sosial), Pemandian, Beberapa Rumah/Gedung Dan Sejumlah Villa Telah Dapat Diselamatkan Dengan Baik. Sebuah Hotel (Dengan Luas 1000 Meter Persegi) Ditemukan Dekat Dengan Lokasi Kota. Hotel Ini Lalu Dinamakan "Grand Hotel Murecine".

Fakta Menyatakan Bahwa Pompeii Merupakan Satu-Satunya Situs Kota Kuno Di Mana Keseluruhan Struktur Topografinya Dapat Diketahui Dengan Pasti Tanpa Memerlukan Modifikasi Atau Penambahan. Kota Ini Tidak Dibagi Sesuai Dengan Pola-Pola Kota Romawi Pada Umumnya Dikarenakan Permukaan Tanah Yang Tidak Datar (Kota Ini Berada Di Kaki Gunung). Namun Jalan-Jalan Di Kota Ini Dibuat Lurus Dan Berpola Pada Tradisi Murni Romawi Kuno, Permukaan Jalan Terdiri Dari Batu-Batu Poligon Dan Memiliki Bangunan-Bangunan Rumah Dan Toko-Toko Di Kedua Sisi Jalan, Mengikuti Decumanus Dan CardusnyaDecumanus Adalah Jalan-Jalan Yang Merentang Dari Timur Ke Barat, Sementara Cardus Merentang Dari Utara Ke Selatan.

Gempa Bumi, Longsor Dan Kerusakan Akibat Letusan Gunung Berapi
Sebuah Bidang Penelitian Penting Saat Ini Berkaitan Dengan Struktur-Struktur, Yang Kini Sedang Diperbaiki, Pada Masa Letusan (Kemungkinan Rusak Pada Waktu Gempa Pada Tahun 62). Sebagian Dari Lukisan-Lukisan Tua Yang Rusak Agaknya Tertutup Dengan Lukisan-Lukisan Yang Lebih Baru, Dan Alat-Alat Modern Digunakan Untuk Menemukan Kembali Gambaran Dari Fresko-Fresko Yang Telah Lama Tersembunyi. Alasan Tentang Mengapa Struktur-Struktur Ini Masih Diperbaiki 10 Tahun Setelah Letusan Itu Adalah Kenyataan Bahwa Frekuensi Ledakan Menjelang Ledakan Yang Hebat Itu Semakin Kecil.
Kebanyakan Penggalian Arkeologis Di Situs Itu Hanya Sampai Tingkat Jalanan Pada Peristiwa Vulkanik Tahun 79. Penggalian-Penggalian Yang Lebih Dalam Di Bagian Pompeii Yang Lebih Tua Dan Contoh-Contoh Utama Dari Pengeboran-Pengeboran Di Dekatnya Telah Menunjukkan Lapisan-Lapisan Dari Berbagai Sedimen Yang Menunjukkan Bahwa Peristiwa-Peristiwa Lain Telah Melanda Kota Itu Sebelum Terjadinya Ledakan Yang Terkenal Itu, Karena Ada Tiga Lapisan Sedimen Yang Terletak Di Bawah Kota Itu Yang Ditemukan Di Atas Lapisan Lava. Bercampur Dengan Sedimen Ini Ditemukan Pula Oleh Para Arkeolog Potongan-Potongan Kecil Dari Tulang-Tulang Binatang, Potongan-Potongan Keramik Dan Potongan-Potongan Tumbuhan. Dengan Menggunakan Penanggalan Karbon, Lapisan Yang Tertua Diperkirakan Berasal Dari Abad Ke-8 SM, Sekitar Masa Pendirian Kota Itu. Dua Lapisan Lainnya Dipisahkan Dari Lapisan-Lapisan Lainnya Dengan Lapisan Tanah Yang Dikembangkan Dengan Baik Atau Merupakan Jalan Yang Dibuat Orang Romawi Pada Sekitar Abad Ke-4 SM Dan Abad Ke-2 SM. Teori Di Balik Lapisan-Lapisan Dari Beraneka Sedimen Ini Adalah Tanah Longsor Yang Hebat, Yang Mungkin Didorong Oleh Hujan Yang Turun Berkepanjangan. (Senatore, Et Al., 2004)

Pada Penggalian-Penggalian Awal Situs Ini, Sesekali Ditemukan Lubang Di Dalam Lapisan Abu Yang Berisi Sisa-Sisa Tulang Manusia. Giuseppe Fiorelli Mengusulkan Untuk Mengisi Ruang-Ruang Kosong Itu Dengan Semen. Apa Yang Dihasilkan Adalah Bentuk-Bentuk Yang Sangat Akurat Dan Mengerikan Dari Pompeiani (Warga Pompeii) Yang Gagal Melarikan Diri, Dalam Saat-Saat Terakhir Hidup Mereka (Lihat [11][12][13]). Untuk Sebagian Dari Mereka, Ungkapan Ketakutan Itu Cukup Jelas Kelihatan.

PARA KORBAN LETUSAN


Para Geolog Telah Menggunakan Sifat-Sifat Magnetik Dari Batu-Batu Dan Serpihan-Serpihan Yang Ditemukan Di Pompeii Untuk Memperkirakan Temperatur Aliran Piroklaktik Yang Mengubur Kota Itu. Ketika Batu Yang Meleleh Itu Membeku Kembali, Mineral Magnetik Dalam Batu Itu Mencatat Arah Bidang Magnet Bumi. Bila Bahan Itu Dipanaskan Melampaui Temperatur Tertentu, Yang Dikenal Sebagai Temperatur Curie, Bidang Magnetnya Mungkin Akan Dimodivikasi Atau Sama Sekali Diatur Kembali.

Analisis Terhadap Lebih Dari 200 Buah Batu Vulkanik Dan Serpihan-Serpihan, Seperti Atap Genting, Menunjukkan Bahwa Awan Debu Itu Panasnya Hingga 850 °C Ketika Muncul Dari Mulut Vesuvius. Awan Itu Mendingin Hingga Kurang Dari 350 °C Pada Saat Tiba Di Kota Itu. Banyak Dari Bahan-Bahan Yang Dianalisis Mengalami Temperatur Antara 240 °C Hingga 340 °C. Beberapa Daerah Memperlihatkan Temperatur Yang Lebih Rendah, Hanya 180 °C. Ada Teori Yang Mengatakan Bahwa Guncangan Mungkin Telah Menyebabkan Tercampurnya Udara Dingin Ke Dalam Awan Debu Itu. (Cioni, Et Al., 2004)

PENEMUAN-PENEMUAN UNIK


Kota Pompeii Memberikan Gambaran Sesaat Mengenai Kehidupan Kota Romawi Pada Abad Pertama. Gambaran Sesaat Ini Memperlihatkan Bahwa Pompeii Merupakan Kota Yang Sangat Hidup Sebelum Terjadinya Letusan Gunung. Bukti-Bukti Memberi Petunjuk Hingga Ke Hal Yang Amat Detail Dari Kehidupan Sehari-Hari Mereka. Misalnya, Pada Lantai Sebuah Rumah (Rumah Sirico) Sebuah Tulisan Terkenal Salve, Lucru (Selamat Datang, Uang), Mungkin Dimaksudkan Sebagai Humor, Menunjukkan Kepada Kita Perusahaan Perdagangan Yang Dimiliki Oleh Dua Sejawat, Sirico Dan Nummianus (Namun Nama Ini Mungkin Hanya Julukan, Karena Nummus Berarti Mata Uang, Uang). Di Rumah-Rumah Lainnya, Terdapat Banyak Gambaran Terinci Mengenai Profesi Dan Kategori, Seperti Pekerja Binatu (Fullones). Kendi-Kendi Anggur Bertuliskan Vesuvinum (Istilah Permainan Kata Dalam Perdagangan). Grafiti Yang Dipahat Di Dinding Memberitahu Kita Akan Nama Suatu Jalan.

Teatro Grande "Teater Besar" Dengan Kapasitas Penoton Yang Banyak Terletak Di Sebelah Teater Piccollo
Ketika Letusan Terjadi, Kota Pompeii Mungkin Memiliki Penduduk Sejumlah 20.000 Orang Dan Berlokasi Di Area Di Mana Orang Roma Memiliki Vila-Vila Liburan Mereka. Banyak Pelayanan Yang Disediakan Di Kota Pompeii Ditemukan, Misalnya: Macellum (Pasar Raya Menyediakan Makanan), Pistrinum (Penggilingan Gandum),Thermopolium (Sejenis Bar Yang Menyediakan Minuman Dingin Dan Panas), Cauporioe (Restoran Kecil), Dan Sebuah Amfiteater.

Tahun 2002 Penemuan Lain Yang Tak Kalah Pentingnya Di Hilir Sungai Sarno Mengungkapkan Bahwa Pelabuhan Tersebut Juga Memiliki Banyak Penduduk Dan Para Penduduknya Tinggal Di Palafitte (Desa Dengan Rumah-Rumah Yang Menjorok Di Atas Danau), Dalam Sebuah Sistem Kanal Yang, Menurut Para Ilmuwan, Menyerupai Kanal-Kanal Di Venesia. Namun Fakta Ini Masih Harus Dipelajari Lebih Jauh.

Menurut Steven Ellis, Salah Satu Tim Arkeolog University Of Cincinnati, Penggalian Situs Menghasilkan Analisis Arkeologi Terkait Hunian Lengkap Dimana Situs Itu Juga Menyimpan Pusat Bisnis Yang Terletak Disalah Satu Gerbang Tersibuk Di Pompeii, Porta Stabia. Wilayah Situs Mencakup 10 Bidang Bangunan Terpisah Dan Memiliki 20 Bangunan Toko Yang Sebagian Besar Menjual Makanan Dan Minuman. Salah Satu Di Antara Bukti Yang Diperiksa Merupakan Limbah Yang Diperoleh Dari Saluran Air Dan 10 Kakus. Limbah Makanan Yang Ditemukan Berupa Makanan Mineral Berasal Dari Dapur Dan Kotoran Manusia, Salah Satunya Adalah Sisa Makanan Terutama Biji-Bijian. Materi Yang Dianalisis Dari Saluran Air Pembuangan Mengungkapkan Berbagai Kuantitas Bahan Yang Sangat Jelas Membedakan Sosial Dan Ekonomi Antara Kegiatan Dan Kebiasaan Konsumsi Masing-Masing Properti, Termasuk Diantaranya Limbah Dari Penginapan.

Temuan Limbah Makanan Mengungkapkan Jenis Konsumsi Murah Dan Elit Seperti Buah-Buahan, Kacang, Zaitun, Ikan Lokal Dan Telur Ayam, Serta Potongan Daging Yang Harganya Jauh Lebih Mahal. Selain Itu, Limbah Kotoran Yang Ditemukan Dari Saluran Air Tetangga Juga Mengungkapkan Adanya Perbedaan Sosial Ekonomi Antara Tetangga. Saluran Dari Properti Pusat Diidentifikasi Mengandung Berbagai Makanan Kelas Atas Yang Mungkin Diperoleh Secara Impor Dari Luar Italia, Salah Satunya Kerang, Landak Laut Hingga Kaki Jerapah. Tulang Kaki Jerapah Dianggap Sebagai Makanan Eksotis Dan Ditegaskan Bahwa Fakta Ini Dianggap Sebagai Satu-Satunya Bukti Yang Pernah Tercatat Di Penggalian Arkeologi Romawi Di Italia. Berbagai Makanan Saji Yang Disediakan Oleh Restoran Di Kota Pompeii Tidak Hanya Menggambarkan Adanya Perdagangan Dari Wilayah Jauh, Tetapi Juga Menggambarkan Kekayaan Dan Makanan Diet Kaum Non Elit. Salah Satu Bukti Adanya Perdagangan Dari Negara Lain Adalah Impor Rempah-Rempah Yang Hanya Bisa Diperoleh Dari Wilayah Indonesia.



MISTERI KEHANCURAN KOTA SODOM & GOMORA


Sekitar 4000 Tahun Yang Lalu, Sodom Dan Gomora Menyandang Reputasi Tersebut. Walau Kitab Suci Tak Pernah Menyebutkan Apa Perbuatan Mereka Secara Mendetil Sehingga Bisa Bernasib Seperti Itu. Walaupun Demikian, Kitab Suci Sangat Jelas Memberikan Penggambaran Mengenai Hukuman Yang Mereka Terima Dari Sang Pencipta.

“Maka Tatkala Datang Azab Kami, Kami Jadikan Negeri Kaum Luth Itu (Terjungkir-Balik Sehingga) Yang Di Atas Ke Bawah, Dan Kami Hujani Mereka Dengan Batu Dari Tanah Yang Terbakar Dengan Bertubi-Tubi.” (QS Huud Ayat 82)

Jika Cerita Mengenai Sodom Dan Gomora Memang Terjadi Seperti Apa Yang Dikisahkan Di Dalam Al-Quran Maupun Injil, Maka Sangat Mungkin Terjadi Di Suatu Lahan Kosong Terpencil Di Sebelah Lautan Tanpa Kehidupan. Tapi, Dimanakah Tempat Itu?

Seperti Yang Kita Ketahui, Banyak Tempat Yang Dikisahkan Didalam Kitab Suci Sulit Untuk Ditentukan Dimana Lokasi Yang Sebenarnya. Contohnya Didalam Kitab Taurat Yang Membahas Tentang Lima Kota Lembah. Sampai Saat Ini Kita Hanya Bisa Berspekulasi Bahwa Kelima Kota Tersebut Berada Disekitar Laut Mati.

Cerita Mengenai Sodom Dan Gomora Ini Terjadi Di Zaman Ibrahim A.S, Berabad-Abad Sebelum Musa A.S Keluar Dari Tanah Mesir.

Tak Ada Yang Menemukan Petunjuk Kota Seperti Itu Pernah Ada, Sebab Tak Pernah Ada Orang Yang Sungguh-Sungguh Mencari-Nya. Hingga Pada Tahun 1924, Ahli Purbakala Bernama William Albright Berangkat Menuju Ke Laut Mati Untuk Melakukan Penelitian Disana. Beberapa Orang Yang Bersamanya Jelas Mencari Keberadaan Sisa-Sisa Sodom Dan Gomora. Mereka Mengitari Pantai Tenggara Dari Laut Mati Hingga Mereka Ahirnya Tiba Di Sutus Purbakala Bab-Edh-Dhra.

Bab-Edh-Dhra (Dibaca : Babhedra), Merupakan Situs Jaman Perunggu, Namun Tak Ada Petunjuk Jika Situs Itu Meupakan Suatu Kota. Tampaknya Daerah Itu Merupakan Suatu Daerah Pemakaman. Namun Albright Tak Memiliki Sumber Daya Untuk Menggalinya.

Jadi Hampir 50 Tahun Berlalu Sebelum Ada Yang Kembali Ke Situs Tersebut Untuk Melakukan Penggalian. Ahli Purbakala Paul Lapp Memimpin Penggalian Di Tahun 1967, Dan Thomas Schaub Termasuk Salah Satu Penggalinya.

Bab-Edh-Dhra Merupakan Makam Terbesar Khas Jaman Perunggu Yang Mereka Gali, Panjangnya 15 Meter Dan Lebarnya 7 Meter. Disini Mereka Juga Menemukan Makam Berisi Perhiasan Emas Dan Menggali Lebih 700 Tembikar Yang Merupakan Hadiah Penguburan Termasuk Tempat Parfum Kecil Dan Banyak Benda Lain Seperti Kain.

Situs Ini Sungguh Menakjubkan, Makam Ini Telah Digunakan Selama 1000 Tahun Lamanya, Dari Zaman Ibrahim Hingga Penghancuran Sodom. Namun, Tak Ada Apapun Untuk Mengaitkan Pemakaman Kuno Itu Dengan Sodom.

Misterinya, Sekitar Tahun 2350 SM, Penguburan Itu Mendadak Berhenti Tak Ada Yang Tahu Mengapa. Ada Sejumlah Sebab Mengapa Suatu Situs Tak Ditempati Lagi, Beberapa Bisa Disimpulkan, Beberapa Lagi Tidak. Penyebab Pada Umumnya Mungkin Persediaan Air Mengering, Lingkungan Berubah, Iklim Berubah Atau Orang-Orangnya Dibasmi Total.

Penelitian-Penelitian Arkeologi Dan Geologi Yang Telah Dilakukan Sejak Tahun 1920-An Di Wilayah Laut Mati Menemukan Bahwa Bekas-Bekas Kota Sodom Dan Gomora Paling Mungkin Terletak Di Tepi Tenggara Laut Mati, Yaitu Dua Kota Yang Di Dalam Arkeologi Dikenal Sebagai Bab Edh-Dhra (Sodom) Dan Numeira (Gomora).

Di Kedua Kota Itu Ditemukan Banyak Artefak Dan Rangka Manusia Yang Menunjukkan Bekas Kejadian Bencana Pada Sekitar Tahun 2000 SM. Laut Mati Merupakan Pull-Apart Basin Yang Dibentuk Oleh Tarikan Transtensional Dua Sesar Mendatar Mengiri (Sinistral-Transtensional Duplex) Sesar Yudea Dan Sesar Moab.

Sodom Dan Gomora Terletak Di Atas Sesar Moab. Laut Mati Dicirikan Oleh Endapan Elisional, Kegempaan Yang Tinggi, Fenomena Diapir, Gunung Garam Dan Gunung Lumpur, Serta Akumulasi Hidrokarbon (Aspal Dan Bitumen) Dengan Kadar Belerang Tinggi.

Pembinasaan Sodom Dan Gomora Diinterpretasikan Terjadi Melalui Bencana Geologi Dengan Urutan :
1. Pergerakan Sesar Moab
2. Gempa Dengan Magnitude 7,0+ Yang Menghancurkan Kota-Kota Dan Sekitarnya Serta Likuifaksi Yang Menenggelamkan Sebagian Wilayah Kota-Kota,
3. Erupsi Gunung Garam Dan Gunung Lumpur Yang Meletuskan Halit, Anhidrit, Batu-Batuan, Lumpur, Aspal, Bitumen, Dan Belerang,
4. Kebakaran Kota-Kota Dan Sekitarnya Karena Material Hidrokarbon Yang Diletuskan Terbakar Sehingga Menjadi Hujan Api Dan Belerang.

Bencana Katastrofik Ini Telah Meratakan Sodom Dan Gomora Dan Menewaskan Seluruh Penduduknya Kecuali Luth Dan Dua Putrinya. Api Dari Langit Yang Menghujani Sodom Dan Gomora Bukan Fenomena Astroblem (Seperti Meteor), Melainkan Fenomena Katastrofi (Malapetaka) Geologi Berupa Aspal Dan Bitumen Yang Terbakar Serta Belerang Yang Berasal Dari Letusan Gunung Garam Dan Gunung Lumpur.

Kota Sodom Dan Gomorrah Adalah Dua Kota Yang Dikaitkan Dengan Kisah Nabi Luth Dan Kaumnya. Paling Tidak, Dalam Pandangan Islam, Kristen, Yahudi, Diyakini Bahwa Dua Kota Ini Memang Pernah Ada, Dan Kemudian Dihancurkan Tuhan Akibat Begitu Besarnya Kemaksiatan Yang Dilakukan Oleh Penduduknya. Kota Inilah Yang Daripadanya Lahir Istilah Sodomy, And Sodomite. Bahkan, Dalam Bahasa Ibrani, Sodom Itu Sendiri Berarti Terbakar, Dan Gomorrah Berarti Terkubur.

Kaitannya Dalam Qur’an, Ini Termaktub Dalam “Maka Tatkala Datang Azab Kami, Kami Jadikan Negeri Kaum Luth Itu (Terjungkir-Balik Sehingga) Yang Di Atas Ke Bawah, Dan Kami Hujani Mereka Dengan Batu Dari Tanah Yang Terbakar Dengan Bertubi-Tubi.” (QS Huud Ayat 82). Dan Dalam Kitab Genesis, Disebutkan Bahwa “Dikarenakan Oleh Dosa-Dosa Penduduknya, Sodom, Gomorrah, Admah Dan Zeboim Dihancurkan Oleh Sulfur Dan Api Dari Tuhan (19: 24-25).

Pertanyaan Yang Pertama, Adalah Dimanakah Sesungguhnya Lokasi Kota Sodom Dan Gomorrah Itu. Ternyata Sangat Sulit Untuk Menjawabnya, Karena Bekas Atau Puing-Puing Kedua Kota Ini Sulit Sekali Untuk Ditemukan. Misteri Keberadaan Sodom Dan Gomorrah Mengundang Banyak Arkeologis, Geologis, Dan Paleoclimatologis Untuk Mengungkapkannya Sejak Tahun 1923.

Harris Dan Beardow Dalam ”The Destruction Of Sodom And Gomorrah: A Geotechnical Perspective” Yang Dimuat Dalam Quarterly Journal Of Engineering Geology And Hydrogeology (1995) Memperkirakan Bahwa Sodom Dan Gomorrah Terletak Di Utara Semenanjung Lisan Atau Di Sisi Timur Laut Mati Bagian Utara. Laut Mati Terletak Antara Israel Dan Jordania.

Pendapat Harris Dan Beardow Didasarkan Pada Keterangan Strabo, Seorang Sejarahwan Dan Geografer Dari Yunani Yang Hidup Dari 64 SM Sampai 23 M. Menurut Strabo, Selain Sodom Dan Gomorrah Diperkirakan Juga Terdapat 11 Kota Lain Yang Kemudian Populer Dengan Nama ”The Lost Cities Of The Plain”. Kota Ini Memang Ada Pada Permulaan Hingga Pertengahan Zaman Perunggu (Bronze Age). Kira-Kira 4000 Tahun Yang Lalu, Atau Sekitar Abad Ke-23 Hingga 21 SM.

Ketika Itu, Kota-Kota Ini Berada Pada Daerah Yang Sangat Subur Dikarenakan Banyaknya Sumber Air (Wadi). Olehnya Itu, Hasil Pertanian Sangatlah Melimpah Dan Penduduknya Padat. Selain Itu, Terdapat Deposit Bitumen (Asphalt) Yang Besar, Dan Menjadi Salah Satu Sumber Pencaharian Penduduk. Asphalt Dijual Ke Mesir Kuno.

Pada Saat Sekarang, Lokasi Yang Diyakini Sebagai Sodom Dan Gomorrah Telah Menjadi Tanah Tandus Dengan Tingat Salinitas Tinggi. Tentang Penyebabnya, Nissembaum (1994) Dalam ”Sodom, Gomorrah And The Other Lost Cities In The Plain – A Climatic Perspective” Mengatakan Bahwa Perubahan Iklim Yang Begitu Cepat, Telah Mengubah Daerah Ini Dari Yang Subur Menjadi Tandus Dan Kering.

Perubahan Iklim Inilah Yang Juga Menyebabkan Kehancuran Kerajaan Mesir Kuno Dan Penyusutan Hutan Di Israel Utara, Bukti Paleobotani Di Israel Selatan, Dan Penduduk Meninggalkan Permukiman Di Lembah Jordan Dan Selatan Jordan Ketika Itu.

Lokasi Yang Diyakini Oleh Harris Dan Beardow Ini Juga Diteliti Oleh Professor Lynne Frostick, Seorang Geologist Dari Hull University Inggirs, Dan Jonathan Tubb Dari British Museum (Dimuat Dalam BBC History, J Cecil, Updated 2009). Mereka Mengadakan Penggalian Arkeologi Tepatnya Di Tell Es-Sa’diyeh Dekat Laut Mati Bagian Utara.

Diketemukan Bekas Pabrik Minyak Zaitun. Hal Ini Menandakan Betapa Tingginya Peradaban Ketika Itu. Tubb Mengatakatan, Bahwa Dilihat Dari Taraf Peradabannya, Diperkirakan Lokasi Ini Ada Pada Zaman Permulaan Bronze Age, Sezaman Dengan Masa Sodom Dan Gomorah.

Lain Lagi Pada Penemuan Arkeologi Di Numeira, Juga Dekat Laut Mati. Ditemukan Puing-Puing Kota Tua Dan Peradabannya Yang Diperkirakan Dari Zaman Perunggu. Kota Ini Tertimbun Lapisan Tanah Dan Tumpukan Batu, Serta Lapisan Abu Arang Yang Menandakan Ada Kebakaran Hebat Yang Pernah Terjadi.

Mengapa Sodom Dan Gomorah Dapat Hancur Dengan Skala Yang Amat Dahsyat. Faktor Utamanya Menurut Harris Dan Beardow (1995) Adalah Bahwa Sodom Dan Gomorah Berada Sangat Dekat Pada Patahan Laut Mati (Left Lateral Strike-Slip Fault). Jalur Patahan Ini Merupakan Bagian Dari Great Rift Valley System.  Menurut Shmuel Marco, Geologis Israel, Dari Bukti Geologi, Diperkirakan Minimal Ada Enam Kali Gempa Dengan Skala Paling Rendah 6 SR Pernah Terjadi.

Sebagai Bukti, Mike Finnegan, Forensik Antropologis Dari Amerika Serikat, Mengatakan Bahwa Tiga Kerangka Manusia Yang Ditemukan Di Numeira. Dari Posisi Tulang Patah, Diketahui Bahwa Mereka Mati Dalam Kondisi Hancur. Salah Satu Kemungkinannya Adalah Mereka Mati Dijatuhi Reruntuhan Batu Akibat Gempa. Dari Carbon Dating, Diketahui Umur Kerangka Itu Adalah 2300 SM, Atau Sezaman Dengan Zaman Perunggu.

Selain Itu, Dari Tinjauan Geoteknik, Kandungan Tanah Pada Daerah Yang Diyakni Merupakan Loose Sand, Dan Clay Sehingga Ketika Gempa Terjadi Mudah Sekali Mengalami Likuifaksi. Gempa Menjadi Trigger Pada Keadaan Dimana Kandungan Air Tanah Pada Tanah Tersebut Mengalami Peningkatan Sehingga Tanah Bersifat Seperti Lumpur Hidup Dan Tentunya Sangat Lunak. Akibatnya, Tanah Tak Lagi Mendukung Bangunan Yang Ada Di Atasnya. Bangunan Akan Tenggelam Ke Dalam Tanah.

Fenomena Ini Diungkapkan Oleh Haigh Dan Madabushi (2002) Dari Cambridge University Dalam ”Dynamic Centrifuge Modelling Of The Destruction Of Sodom And Gomorrah ”. Dalam Eksperimen Di Laboratorium, Mereka Mengambil Membuat Pemodelan Mini Kota Pada Zaman Perunggu, Termasuk Lapisan Tanahnya Sesuai Dengan Kondisi Geologi Di Sekitar Laut Mati. Hasilnya, Ketika Model Diguncang Gempa Dengan Skala Tertentu, Likuifaksi Memang Terjadi, Dan Bangunan Teggelam Masuk Ke Dalam Tanah.

Hal Inilah Yang Mungkin Menyebabkan Mengapa Bukti Arkeologi Sodom Dan Gomorrah Sangat Sulit Ditemukan. Diperkirakan Bahwa Sekarang Kota Ini Telah Berada Di Bawah Dasar Laut Mati. Olehnya Itu John Whitaker (1997) Merekomendasi Untuk Diadakannya Penyelidikan Bawah Laut Untuk Menelusuri Puing-Puing Sodom Dan Gomorrah.

Selain Itu, Ada Faktor Lain Yang Menyebabkan Dahsyatnya Proses Kehancuran Sodom Dan Gomorrah. Adanya Gempa, Juga Memungkinkan Terjadinya Rekahan-Rekahan Pada Deposit Asphalt Yang Memang Banyak Terdapat Di Lokasi Tersebut. Beberapa Ahli Termasuk Harris Dan Beardow (1995) Mengatakan Bahwa Kandungan Gas Dengan Tekanan Tinggi Dari Dalam Rekahan, Menyembur Dan Membakar Deposit Asphalt. Tekanan Tinggi Ini Akhirnya Melontarkan Asphalt Terbakar Itu Keluar, Termasuk Menghujani Sodom Dan Gomorrah.

Jadi Dapat Dibayangkan, Begitu Besarnya Proses Kehancuran Sodom Dan Gomorrah. Kombinasi Antara Gempa, Likuifaksi, Dan Hujan Asphalt-Sulfur Yang Terbakar, Yang Meluluhlantakkan Kota Dan Menghancurkan Penduduknya Sehancur-Hancurnya.

Terkecuali, Nabi Luth AS, Atas Petunjuk Allah SWT Mengevakuasi Anak-Anaknya Keluar Dari ”The Sin Cities” Itu. Subhanallah. Mudah-Mudahan Ini Menjadi Petunjuk Bagi Orang Yang Beriman.

Referensi :


Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Sodom_Dan_Gomora
Https://Www.Facebook.Com/Notes/Satu-Hari-Satu-Ayat-Quran/Azab-Allah-Untuk-Dukuh-Legetang-Yang-Hilang-Di-Dieng-Sebuah-Tanda-Kebesaran-Alla/399458144650/
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Pompeii
Http://Www.Kangsambas.Com/2015/04/Pompeii-Sejarah-Mistis-Pompeii-Kota.Html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar